Relawan tersebut berasal dari Gereja Sidang Pantekosta Indonesia (GSPDI) bekerja sama dengan Komunitas Tolong Menolong. Mereka membawa bingkisan yang diangkut dengan becak. Isinya berupa balon, permen, dan cokelat.
"Kami ingin berbagi kebahagiaan Natal bersama anak-anak di kawasan eks lokalisasi, yang masih rentan terkena dampak ekonomi pasca-penutupan oleh Pemkot Surabaya," kata Ketua Komunitas Tolong Menolong Daniel Lukas Rorong, Rabu (25/12/2013).
Dengan visualisasi Sinterklas menjadi tukang becak dan membawa buntelan berupa karung beras, pihaknya ingin mengajak kepada seluruh umat Kristiani agar merayakan Natal secara sederhana dan tidak berlebihan.
"Karena itulah esensi dan hakikat Natal yang sesungguhnya," kata Daniel yang juga menggunakan kostum Sinterklas.
Aksi sosial melibatkan Sinterklas ini, kata pengurus Gereja GSPDI Pendeta Piter Christop Sarumaha, adalah kali pertama dilakukan. Pada Natal tahun sebelumnya, yang digelar hanya bakti sosial, seperti pengobatan gratis dan pembagian sembako untuk masyarakat sekitar gereja.
"Tahun ini memang edisi khusus, merespons banyaknya aksi penutupan lokalisasi. Yang kami lakukan hanya sebatas menghibur anak-anak, semoga mereka tetap dapat tersenyum saat Natal," kata Piter.
Pihak gereja mengaku peduli dengan nasib dan masa depan mereka. Bahkan, pihaknya sudah membuka bimbingan belajar gratis. Ke depan, pihaknya merencanakan membangun perpustakaan gratis dan sarana bermain bagi anak-anak eks lokalisasi di Bangunrejo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.