Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Belalang Serang TTU, Warga Siapkan Ritual Adat

Kompas.com - 15/12/2013, 19:30 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KEFAMENANU, KOMPAS.com - Ribuan hama belalang menyerang tanaman pertanian warga empat desa di Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur. Akibatnya jagung dan kacang yang ditanam di lahan warga seluas kurang lebih 40 hektar menjadi rusak parah.

Warga empat desa yang tanamannya diserang hama belalang yakni Desa Hauteas, Biloe, Tualene dan Kelurahan Boronubaen. Kepala Desa Biloe, Yohanes S Bukifan kepada Kompas.com, Minggu (15/12/2013) petang mengatakan, serangan hama belalang sudah berlangsung sebulan terakhir ini. Hama belakang ini merusak hampir semua tanaman warga hingga tak bersisa.

“Saat ini kita belum mendata berapa luas lahan warga yang kena serangan hama belalang, namun diperkirakan 40 hektar lahan kering warga di dusun I dan II yang di dalamnya ditanami jagung, kacang tanah dan sejumlah tanaman lainnya rusak parah,” ungkap Yohanes.

Terkait itu, lanjut Yohanes, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan petugas penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian Kabupaten TTU dan petugasnya sudah mendatangi lokasi untuk penyemprotan, namun tidak berbuah hasil dan tetap saja belalang tersebut malah bertambah banyak.

”Ada dua jenis belalang, yakni yang lompat dan yang terbang dan setiap hari selalu bertambah banyak, sehingga bersama warga, kita bersepakat untuk melakukan ritual adat. Saat ini kita sementara mengumpulkan dana untuk ritual itu,” kata Yohanes.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala Desa Hauteas, Aurelia Monemnasi, saat dihubungi secara terpisah. Menurutnya, selain merusak tanaman warga, hama belalang juga menghambat para petani dalam melakukan aktivitas tanam padi.

“Sampai saat ini, para petani belum juga menanam padi karena ratusan ribu belalang, menyerbu hamparan sawah, dan ini sudah berlangsung selama tiga minggu. Kita akan melakukan ritual adat untuk membasmi hama belalang, karena kita sudah laporkan ke kecamatan dan kabupaten, namun hingga kini belum ada tindakan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com