Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melirik Potensi Bisnis Madu Hutan Kapuas Hulu

Kompas.com - 09/12/2013, 22:20 WIB
Kontributor Singkawang, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis


KAPUAS HULU, KOMPAS.com - Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat merupakan salah satu penghasil madu hutan yang potensial untuk dikembangkan. Tak kurang dari 80 hingga 100 ton madu hutan murni diproduksi tiap tahunnya dari kawasan ini.

Di Kapuas Hulu, sedikitnya ada sekitar 60 periau atau kelompok petani madu hutan yang berbasis kampung atau dusun yang wilayahnya tersebar di seluruh Kapuas Hulu, terutama di sepanjang sungai Kapuas dan danau-danau yang berada di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Para periau tersebut tergabung dalam wadah Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS). Asosiasi ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat petani madu hutan, namun tetap memperhatikan beberapa aspek penting, yaitu produksi, pemasaran, pengorganisasian, dan lingkungan.

Potensi madu itu terungkap dalam lokakarya Madu Hutan Kapuas Hulu 2013 yang digelar di Lanjak, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Senin (9 /12/2013). Acara ini dihadiri perwakilan periau, pemerintah kabupaten Kapuas Hulu, Balai Taman Nasional, LSM, dan pelaku usaha yang tertarik dengan madu hutan di Kapuas Hulu. Kegiatan loka karya ini merupakan rangkaian Festival Danau Sentarum yang akan digelar pada tanggal 12-15 Desember 2013.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu, Alexander Rombonang menyebutkan, madu hutan merupakan salah satu potensi yang harus dioptimalkan, sehingga bisa memperkuat pemasaran, baik di tingkat lokal, nasional, hingga internasional.

"Sebenarnya kita punya banyak peluang di setiap daerah. Konsep back to nature sudah melanda dunia, jadi segala sesuatunya kembali kepada alam. Untuk mempertahankan potensi yang dimiliki, paling tidak terkait dengan pelesatrian lingkungan dan alam," jelas Alexander, Senin (9/12/2013) dalam sambutannya.

Alexander menambahkan, jika lingkungan rusak, tentu akan sangat berpengaruh terhadap produksi madu karena akan mengurangi populasi lebah madu.

Lebih jauh dia berharap, madu hutan asal Kapuas Hulu bisa menjadi salah satu yang diminati bahkan dicari orang baik di tingkat lokal, nasional, bahkan dunia. "Pengalaman dari tempat lain, bisa menjadi pelajaran di tempat kita. Kemudian teknik pengolahan harus ditingkatkan. Kemasan juga harus ditingkatkan. Perlu dilakukan upaya pengembangan produk pasca-panen," jelasnya.

Kendala pemasaran

Kondisi saat ini, lanjut Alexander, banyak petani madu hutan tidak tahu target pemasaran madu hutan. Sejauh ini, pemasaran masih pada pengumpul atau pengepul madu, sehingga panen besar juga akhirnya akan menjadi sia-sia.

"Ke depan memang kalau bisa, mereka punya kelompok yang kuat, dengan posisi penawaran yang tinggi. Sehingga produk yang dihasilkan bisa berkualiatas dan tetap organik," pungkasnya.

Sementara itu, presiden APDS, Basriwadi memaparkan, kelompok periau yang tergabung dalam APDS sejauh ini masih menjual hasil produksi madu hutan dalam bentuk curah. Kendala utama petani adalah modal kerja, karena untuk membeli produk madu olahan dari periau, APDS harus membeli secara tunai kepada petani. Anggota tidak dapat menunggu pembayaran APDS setelah madu terjual.

Basriwadi menegaskan, bahwa sejauh ini periau yang tergabung dalam APDS sudah berupaya menjaga hutan dan lingkungan serta pencegahan kebakaran lingkungan hutan di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum.

"Kami berharap mendapat dukungan dari semua pihak dan bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga kawasan hutan TNDS, serta menjadi sentra madu hutan di Kapuas Hulu di tingkat nasional maupun internasional," harap Basriwadi.

Dari lokakarya ini diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan, di antaranya tentang standar kualitas dan harga madu hutan di Kapuas Hulu. Selain itu, mencari serta memetakan peluang pasar madu hutan supaya bisa menyerap lebih banyak potensi produksi di masa yang akan datang. Bahkan jika memungkinkan, mencari peluang untuk permodalan produksi dan dukungan fasilitas lainnya untuk peningkatan mutu dan kelangsungan usaha madu hutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com