Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakek Sebatang Kara Ditemukan Tewas di Kamar Mandi

Kompas.com - 28/11/2013, 21:38 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com — Seorang kakek, Asep Nunung Yahya (56), warga Bayeman Muda RT 04 RW 07, Kelurahan Kemirirejo, Magelang Tengah, Kota Magelang, ditemukan meninggal di kamar mandi rumahnya, Kamis (28/11/2013) siang. Asep yang hidup sebatang kara itu diduga meninggal karena sakit.

Informasi yang dihimpun Kompas.com, penemuan jenazah Asep bermula ketika warga sekitar mencium bau busuk dari dalam kamar mandi di rumah milik almarhum. Kebetulan posisi kamar mandi tepat di pinggir jalan. Selain tercium aroma yang mirip bangkai, sekitar rumah Asep juga banyak dikerubuti lalat hijau. Warga yang curiga lantas melapor ke petugas Polres Magelang Kota.

Mendapat laporan itu, petugas langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP). Petugas lantas mendobrak kamar mandi yang dimaksud dan mendapati Asep sudah tidak bernyawa. "Sekitar dua hari sebelum kejadian ini, warga memang tidak pernah bertemu dengan almarhum. Almarhum tiba-tiba menghilang tanpa ada yang mengetahui," jelas Kapolres Magelang Kota AKBP Tommy Aria Dwianto.

Jenazah Asep langsung dibawa ke RSU Tidar Magelang untuk diotopsi. Hasilnya diketahui bahwa Asep meninggal karena sakit yang selama ini diderita.

"Di tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan. Menurut warga, riwayat almarhum juga memang sering mengeluh sakit," ujar Tommy. Jenazah lantas dimakamkan di pemakaman umum Giriloyo oleh warga.

Tugimin, Ketua RT 4 RW 7 kampung setempat, membenarkan bahwa Asep memiliki riwayat sakit asma dan lever. Sebelum sakit, kata Tugimin, almarhum terbilang cukup aktif berolahraga, khususnya badminton. "Orangnya baik. Dia hidup sendiri di rumah karena ditinggal pergi anaknya di Blitar, Jawa Timur, sedangkan istrinya juga pergi entah di mana," ungkapnya.

Para tetangga mengaku sempat berfirasat sebelum kepergian almarhum. Menurut Suyadi, Ketua RT 5 RW 7 kampung setempat, tiba-tiba saja Asep membayar lunas iuran Paguyuban Gotong Royong Rukun Kematian (PGR2K) selama setahun. "Padahal, biasanya beliau paling susah bayar iuran tersebut sebesar Rp 2.000 per bulan," ujar Suyadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com