Sementara itu, rumah-rumah lainnya memang masih berdiri tegak. Namun, retakan di hampir seluruh dinding memiliki potensi besar untuk roboh.
Menurut salah satu penghuni yang juga anak dari ketua RT 03, Irma (31), dia dan keluarganya bahkan sudah empat kali pindah rumah untuk menghindari ancaman tembok rumah runtuh. Tiga rumah sebelumnya pun dikatakannya sudah luluh lantak. Hal tersebut juga terlihat dari puing-puing bekas bangunan yang masih ada sampai saat ini.
"Kalau hujan suka takut, apalagi kalau malam, tidur jadi tidak tenang, takut tiba-tiba runtuh," kata Irma saat ditemui di kediamannya, Sabtu (23/11/2013).
Lebih lanjut Irma menambahkan, tiga rumah sebelumnya yang ia tempati tidak hanya runtuh. Labilnya tanah di daerah tersebut sedikit demi sedikit menenggelamkan sebagian rumahnya.
"Kalau sekarang-sekarang malah jadi amblas. Setiap hari suka terdengar rumah bunyi kreyot," ujarnya menirukan.
Salah satu warga lainnya yang kondisi rumahnya juga mulai miring, Cucu (34), menjelaskan, kejadian tersebut sudah berlangsung setahun ke belakang. Namun, karena tidak memiliki tempat tinggal lain yang lebih layak, Cucu terpaksa bertahan meski jiwanya terancam.
"Sebenarnya takut, apalagi kalau hujan turun. Tapi ya, mau gimana lagi, saya tidak ada tempat tinggal lagi," tutur Cucu.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Bandung Barat, Roni Rudiana beserta tim, langsung menyelidiki penyebab rusaknya rumah-rumah tersebut. Dari data yang diperoleh BPBD, sebanyak 4 rumah dikatakan rusak berat, 12 rusak sedang dan 10 rumah rusak ringan, sisanya masih layak ditempati meski memiliki potensi yang sama.
"Secara visual BPBD melihat lokasi ini, dulu pernah ada longsoran pada tahun 1975. Artinya, tanah di sini adalah tanah labil pergerakan," ujar Roni saat ditemui seusai penyelidikan.
Untuk mengetahui lebih lanjut penyebab lainnya, kata Roni, BPBD bersama Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan melakukan kajian geologi di tanah tersebut secepatnya.
"Kita berusaha untuk mencari solusi yang lebih baik untuk warga, tapi terlebih dahulu kita akan melakukan kajian geologi secepatnya," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.