Sementara, untuk pernikahan 15-19 tahun, Sulsel berada di urutan ketujuh dengan 13,86 persen, di atas persentase nasional 10,80 persen.
Data itu diungkapkan Kepala Bidang Kualitas Hidup Perlindungan Perempuan dan Anak Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sulsel, Nur Anti Madjid, di Kota Parepare, Jumat (22/11/2013).
"Sulsel peringkat pertama di Indonesia yang memiliki jumlah cukup banyak pernikahan anak di bawah usia 15 tahun. Dan peringkat tujuh di Indonesia untuk pernikahan usia 15-17 tahun," ungkap Nur Anti Madjid.
Pernikahan usia muda, katanya, tidak hanya berdampak pada kematian saat ibu melahirkan, tapi juga rentan terhadap penularan HIV/AIDS.
Nur menambahkan, Sulsel pun kini masuk sebagai wilayah zona "merah" dan dikhawatirkan bakal menjadi wilayah lost generation.
"Inilah yang menjadi pekerjaan rumah yang harus menjadi urusan seluruh pihak. Mengantisipasi pernikahan dini bagi anak-anak. Siapapun itu, yang jelas anak usia yang harusnya berada di bangku sekolah," jelasnya.
Dicontohkan Nur, dampak lost generation sudah terjadi di Kabupaten Bulukumba. Di mana, ada satu rumah, yang saat ini kosong karena seluruh generasinya telah meninggal.
"Itu akibat pernikahan usia dini yang kemudian berdampak pada kematian generasi-generasi yang ada, karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya pernikahan usia dini," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.