Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larde, Pameran Foto yang "Meloncat" Dari Pakem

Kompas.com - 16/11/2013, 21:59 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com – Tidak seperti pameran foto pada umumnya, "Territories of Self" menghadirkan hasil karya fotografi yang menunjukan eksistensi sang fotografer. Di lain sisi, foto pun mengandung pesan moral yang begitu dalam bagi umat manusia.

Meski sederhana, sekelompok anak muda yang menamakan diri Larde mencoba menghadirkan sebuah pameran foto yang mereka sebut "meloncat dari pakem dominasi wacana fotografi." Pameran digelar mulai 17 November - 17 Desember 2013 di Rumahkoe Art Coffee Kota Magelang, Jawa Tengah.

Sedikitnya, 14 judul karya seniman asal Yogyakarta, Agus Heru Setiawan (Kaul), Luluk Purwastya, MA Roziq, Herik dan Windujati. Masing-masing menampilkan hasil "jepretan" yang menonjolkan gagasan yang barangkali ekstrem bagi masyarakat awam. Namun, sejatinya gagasan itu muncul karena dilatarbelakangi dari keseharian masyarakat sendiri.

Foto-foto milik Agus Heru Setiawan misalnya, sekilas memang hanya potret puluhan kantong plastik belanja. Namun dengan teknik tertentu, foto yang dihasilkan mampu membuat sebuah makna tentang perilaku kehidupan masyarakat modern.

"Awalnya saya hanya menyoroti soal kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kantong plastik. Namun kemudian saya melihat ada suatu pesan mendalam tentang budaya konsumerisme dan perang brand di tengah masyarakat saat ini," tutur Kaul, panggilan akrabnya.

Kemudian, karya milik MA Roziq dengan judul "Package from Heaven". Foto boneka yang sengaja dirias menyerupai bayi manusia. Roziq memaparkan, butuh proses serta eksperimen cukup rumit dan panjang untuk menghasilkan foto itu. Dia harus membekukan boneka dengan air, derajat dan waktu tertentu. Kemudian dipotret dengan pencahayaan dan teknik tertentu pula.

"Selain berorientasi pada hasil, fotografi ini lebih mengedepankan pada proses. Pada foto "Package from Heaven" saya ingin menyampaikan kepada masyarakat khususnya para orang tua untuk lebih menghormati anak sebagai manusia seutuhkan, bukan sebagai boneka yang bisa seenaknya dimainin," paparnya.

Lalu ada foto karya Herik yang membayangkan citra-citra tertentu yang misterius. Juga ada Luluk Purwastya yang menggabungkan aspek alam dengan aspek citra digital. Terakhir karya seniman Windujati berupa konfigurasi modular cahaya-cahaya dan pendaran warna-warna tertentu.

Sang kurator, Rusnoto Susanto mengatakan, melalui karya fotografi, seorang seniman memiliki peluang besar membangun wacana dan menggeser persepsi tertentu sebelumnya melalui sederet proses kerja eksperimentatif yang meloncat.

Menurut dia, masyarakat kontemporer dalam praktik mewujudkan eksistensi senantiasa membangun sebuah instrumen-instrumen "territories of self " (teritori diri). Lebih-lebih pada wacana masyarakat kreatif sudah barang tentu persoalan teritori diri menjadi konstruksi utama.

“Kami menyebut karya mereka merupakan fotografi kontemporer yang sangat subjektif. Mereka ingin menunjukan eksistensi diri yang keluar dari jalur pakem fotografi konvensional. Sambil tetap pada upaya melibatkan aspek kritis pada dinamika kehidupan sosial,” tuturnya.

Melalui pameran yang sebelumnya pernah digelar di Yogyakart ini, mereka ingin mengajak pecinta seni fotografi untuk bersama-sama mengapresiasi karya mereka sekaligus mengenalkan kembali fotografi kontemporer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com