Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahlawan Nasional LN Palar Dilupakan di Tanah Kelahirannya

Kompas.com - 09/11/2013, 09:15 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis


MANADO, KOMPAS.com — Desa yang sejuk dan dingin itu terletak di salah satu daerah tersubur di Kota Tomohon. Tak heran, Rurukan yang kini telah dimekarkan menjadi dua kelurahan itu terkenal dengan hasil perkebunan sayur-mayurnya.

Sepanjang mata memandang, bedeng-bedeng tanaman sayur menjadi pemandangan yang indah. Hasil produksi tanaman sayur Rurukan menjadi penyuplai utama kebutuhan sayur-mayur di Sulawesi Utara.

Kesejukan udara dan asrinya alam menyambut Kompas.com ketika menyambangi Rurukan. Sekelompok warga sedang berkumpul di sebuah bangsal, menyiapkan pesta pernikahan salah satu warganya.

Di desa inilah dulu pada 5 Juni 1900 lahir seorang lelaki yang kemudian digelari Pahlawan Nasional. Dia adalah Lambertus Nicodemus Palar yang di Sulut lebih dikenal dengan nama Babe Palar. Ayahnya bernama Gerrit Palar dan ibunya bernama Jacoba Lumanauw.

Babe Palar meninggal di Jakarta, 12 Februari 1981, pada umur 80 tahun. Semasa hidup, dia menjabat sebagai wakil Republik Indonesia dalam beberapa posisi diplomat, termasuk sebagai perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dia juga menjabat sebagai Duta Besar Indonesia di India, Jerman Timur, Uni Soviet, Kanada, dan Amerika Serikat.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada Babe Palar, Jumat (8/11/2013) kemarin. Penganugerahan yang sama juga diberikan kepada Letjen TNI (Purn) Tahi Bonar Simatupang dan KRT Radjiman Wediodiningrat. Para tokoh itu ditetapkan sebagai pahlawan berdasarkan Keppres Nomor 68/TK/tahun 2013, tertanggal 6 November 2013.

"Palar? Saya tidak pernah tahu. Yang saya tahu jalan ini namanya Babe Palar. Tapi, saya tidak tahu kalau di sini dulu pernah tinggal marga Palar," ujar seorang ibu dengan bingung sambil menunjuk jalan utama di Rurukan itu.

Kebingungan dan ketidaktahuan yang sama disampaikan oleh sebagian besar warga di dua Kelurahan Rurukan yang disambangi Kompas.com. Padahal, itu merupakan desa kelahiran Babe Palar.

Atas saran warga desa, Kompas.com mendatangi sebuah monumen yang berdiri di depan gereja. Beberapa tetua kampung berspekulasi, bangunan gereja itu dulunya rumah Babe Palar, tetapi di prasasti yang dibangun tidak ada nama Palar. Yang ada adalah nama-nama "hukum tua" (kepala desa) yang memerintah Rurukan sejak tahun 1848.

Beruntunglah salah satu warga menyarankan untuk menemui Jansen W Apuw. Jansen adalah mantan pendeta di Rurukan. Kini dia dipercaya oleh Pemerintah Kota Tomohon sebagai Kepala PD Pasar Tomohon.

"Wah saya sangat senang mendengar kabar ini. Ini penghargaan luar biasa bagi Babe Palar. Sejak dulu, saya memang ingin Babe Palar mendapat gelar itu," ujar Jansen ketika ditemui di kantornya.

Jansen membenarkan bahwa Babe Palar lahir di Rurukan. Menurut Jansen, orangtua Palar adalah guru. Palar mengenyam pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Tondano. Dia kemudian masuk Algeme(e)ne Middelbare School (AMS) di Yogyakarta, dan tinggal bersama Sam Ratulangi.

Pada 1922, Palar memulai pendidikannya di Technische Hoogeschool di Bandung, sekarang dikenal Institut Teknologi Bandung (ITB). Di tempat ini, Palar bertemu dengan tokoh-tokoh kemerdekaan seperti Soekarno.

"Tahun 70-an, dia pernah datang ke Rurukan. Katanya mau lihat kampung kelahirannya. Seingat saya, dia meninggalkan Rurukan sekitar tahun 40-an. Waktu itu, dia sudah dikenal sebagai anak pintar," tutur Jansen bersemangat.

Kuliah Palar di Technische Hoogeschool terhenti karena dia menderita sakit parah. Palar lalu balik ke Minahasa. Setelah sembuh, Palar malah melanjutkan kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, cikal-bakal Fakultas Hukum UI), dan bergabung dalam Jong Minahasa.

Pada masa kemerdekaan, nama LN Palar sangat populer di Amerika Serikat. Orang Barat mengenalnya karena kemahirannya berbicara dan pintar. Dia memenangi perdebatan dengan politisi dan diplomat dari Belanda di Gedung PBB.

Sebagai diplomat yang ulung, dia getol melakukan pertentangan terhadap Belanda. Palar berjuang agar kemerdekaan Indonesia mendapat pengakuan dunia, terutama dari negara-negara Eropa.

Berhasilnya Indonesia diterima sebagai anggota PBB yang ke-60 pada waktu itu tidak terlepas dari diplomasi hebat Palar. Dialah yang kemudian untuk pertama kalinya mengerek dan mengibarkan bendera Merah Putih di Markas Besar PBB di New York. Kini bendera itu tetap berkibar bersanding dengan semua negara di dunia.

Selayaknyalah Babe Palar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Dan semestinyalah, kita tidak lupa akan namanya, termasuk mereka yang tinggal di Rurukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com