Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi "Berkasur Pasir" Warga Pesisir Utara Sumenep

Kompas.com - 04/11/2013, 14:04 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

SUMENEP, KOMPAS.com — Tidur nyenyak biasanya dilakukan orang di sebuah tempat tidur yang empuk. Namun, bagi penduduk Desa Legung Timur, Desa Legung Barat, dan Desa Dapenda, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tidur nyenyak justru dilakukan di atas pasir.

Tak hanya nyenyak, oleh penduduk setempat, tidur di atas pasir diyakini menambah kesehatan tubuh. Di desa yang letaknya di pesisir utara Sumenep ini, di rumah-rumah penduduk yang sudah permanen atau rumah kayu, dipastikan tersedia petak berukuran 2 x 3 meter persegi dengan ketinggian 15 cm, yang dibatasi dengan semen.

Petak itu diisi separuh pasir yang sudah disaring halus. Tempat itulah yang dijadikan tempat tidur penduduk.

Junaidi, warga Desa Legung Timur, mengaku, tidur di pasir sudah menjadi adat sejak leluhur mereka. Bahkan, warga setempat tidak ada yang tidur menggunakan kasur. Kasur dipakai ketika malam pertama pengantin saja. Sehabis malam pertama pengantin, kasurnya digulung dan berganti tidur di pasir.

"Kalau tidur di kasur justru setelah bangun badan ini terasa kaku semua. Namun, kalau tidur di pasir, bisa nyenyak," kata Junaidi, Senin (4/11/2013).

Junaidi menceritakan, tidak ada pasir pilihan untuk dijadikan kasur. Pasir dipilih di depan rumah warga masing-masing, dengan disaring terlebih dahulu sebelum ditempatkan di dalam kamar. Pasir yang sudah lama dipakai biasanya diganti dengan pasir baru dengan membuang kotorannya saja.

"Ini sudah tradisi nenek moyang yang tidak jelas ada asal usulnya. Namun, sudah ada kepercayaan bagi penduduk bahwa tidur di pasir lebih enak daripada tidur di tempat lain," tuturnya.

Ada pula kepercayaan bagi masyarakat setempat, ketika sakit dan dirawat di rumah sakit, orang yang sakit tidak bisa lelap tidurnya sebelum tubuhnya dilumuri pasir. Setelah dilumuri pasir, pasien itu bisa lelap tidurnya.

"Kalau ada anggota keluarga yang sakit, masyarakat di sini selalu membawa pasir yang biasa dipakai di kamarnya," kata Junaidi.

Selain itu, bayi yang baru lahir pun juga langsung ditempatkan di pasir sebelum dimandikan. Setelah ditidurkan di pasir, baru bayi tersebut dimandikan. Kepercayaan lainnya, ketika nelayan hendak melaut, sebelum naik ke atas kapalnya, para nelayan masih melumuri beberapa anggota tubuhnya dengan pasir.

Harapannya, mereka bisa mendapat restu bumi dan bisa kembali ke rumahnya dengan hasil tangkapan yang banyak. "Tradisi ini tampak aneh bagi sebagian masyarakat. Namun, bagi kami di sini, pasir sudah menjadi bagian dari sistem kehidupan yang turun-temurun," tutur Junaidi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com