Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Urus Penangguhan Penahanan, Dua Wanita Ini Menghilang

Kompas.com - 25/10/2013, 19:29 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com - Raut gundah terlihat jelas di wajah Marlon Nababan alias Ucok (33). Pasalnya ia kehilangan istrinya, Nur Hasanah (27) dan tantenya, Windy Evelyn (33) di Kendari, Sulawesi Tenggara, sejak 22 September 2013 lalu. Meski sudah melaporkan kasus tersebut ke Polres Kendari, namun hingga kini kedua orang yang disayangi itu belum juga ditemukan.

"Saya menduga ini adalah kasus penculikan. Saya langsung melapor ke Polres Kendari pada 23 September 2013. Bahkan saya memasang iklan foto di beberapa surat kabar dan elektronik. Tapi kenyataanya hingga bulan Oktober, keduanya masih hilang," katanya, Jumat (25/10/2013).

Ucok mengaku, memberikan laporan penculikan ke polisi setelah ia mendengar penjelasan dari pemilik kos tempat istri dan tantenya menginap selama di Kendari. Apalagi, sepengetahuan Ucok, mereka tengah memiliki uang Rp 600 juta yang nantinya akan digunakan untuk penangguhan penahanan suami tantenya, Helfahmi yang terlibat kasus imigran gelap.

Menurutnya, selama di Kendari, tantenya dibantu Andi Samsuddin yang merupakan salah satu rekannya di Kendari, mencarikan tempat tinggal dan mengurus penangguhan penahanan Helfahmi di Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara.

“Kami menduga Andi Samsuddin terlibat dalam penculikan istri dan tante saya. Sebab malam terakhir kepergian mereka, paman saya (Helfahmi, red) menerima telepon tante saya dan memastikan keduanya akan menemui Andi Samsuddin,” terangnya.

Untuk itu, Ucok meminta polisi untuk segera menindaklanjuti laporan penculikan istri dan tantenya itu. Dia Juga mendesak polisi untuk segera memeriksa Andi Samsuddin yang berjanji akan memfasilitasi penangguhan penahanan Helfahmi di Polda Sultra.

Ucok menuturkan, istrinya tiba di Kendari pada Kamis (19/9/2013) dengan membawa anaknya yang masih berumur 2 tahun. Mereka tinggal di sebuah indekos di jalan DI Panjaitan, Kelurahan Lepo-Lepo, Kendari. Kedatangan Nur Hasanah ke Kendari untuk menyerahkan buku tabungan Windy untuk mengurus penangguhan penahanan suaminya.

Namun pada malam harinya, Ucok kehilangan kontak dengan Windy dan Nur Hasanah. Hingga hari ini, keduanya tak ada kabar. Menurut Ucok, informasi terakhir, telepon seluler milik Windy masih aktif di sekitar Desa Pohara, Kabupaten Konawe. Mendengar kabar tersebut, Ucok yang masih berada di Jakarta langsung berangkat ke Kendari.

Setibanya di rumah indekos tempat istrinya menginap, Ucok hanya bertemu dengan anaknya yang dititipkan istrinya kepada pemilik kos. "Kunci kos dan anak saya, saya titip kepada bapak kos dulu, sebab saya mau keluar sebentar saja. Jika anak saya menangis, tolong telepon saya saja, karena saya keluar hanya sebentara saja," kata Ucok menirukan ucapan istrinya ke pemilik indekos pada waktu itu.

Mayat mirip Windy ditemukan

Pada Sabtu (19/10/2013) sekitar pukul 15.00 Wita, Ucok mendapat kabar mengejutkan. Warga Kecamatan Wiwirano, Kabupaten Konawe Utara dikagetkan dengan penemuan mayat berjenis kelamin perempuan tanpa identitas di dalam hutan. Kondisi mayat tersebut tak bisa lagi dikenali karena seluruh tubuhnya sudah hancur dan mengering. Tetapi pakaian yang dikenakan mayat tersebut masih bisa dikenali.

Karena tak mempunyai identitas, aparat Polsek Wiwirano langsung memabawa mayat tersebut ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk diotopsi. Ucok menduga, mayat tersebut adalah tantenya, Windy. Ciri-ciri fisik dan pakaian yang dikenakan mayat itu sesuai dengan informasi yang diperoleh Ucok dari dari pemilik indekos. Menurut pemilik indekos, terakhir bertemu, Windy mengenakan celana jins, jaket biru serta ikat rambut berwarna pink. Rambut Windy berwarna merah sangat persis dengan rambut pada mayat yang ditemukan.

"Setelah saya lihat, saya sangat yakin, jika mayat yang telah ditemukan itu adalah tante saya. Sebab pakaiannya sama persis dengan pakaian yang digunakan tante saya saat terakhir kali meninggalkan rumah," katanya.

Ucok menceritakan, tantenya meninggalkan kampung halamannya di Medan demi mengurus sang suami yang terjerat kasus penyelundupan imigran gelap di Sultra. Helfami diringkus aparat Kepolisian Daerah (Polda) Sultra pada Senin (2/9/2013) lalu. Windy datang ke Kendari pada Kamis (5/9/2013).

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Dokpol RS Bhayangkara, Kompol Arief Gunawan menjelaskan, sekitar pukul 22.00 Wita mayat yang ditemukan di Konawe Utara tiba di RS Bhayangkara. Saat itu, pihaknya langsung membersihkan dan mengotopsi mayat perempuan itu.

"Mayat sudah tak utuh lagi. Dia tidak bisa dikenali secara fisik karena kondisinya rusak. Kami telah mengambil sample DNA, darah yang masih tersisa, serta gigi yang masih utuh dan selanjutnya kami kirim ke pusat untuk proses indentifikasi indentitas mayat itu," jelasnya.

Menurut Arief, untuk mempermudah mengenali mayat itu, pihaknya juga akan memanggil keluarga yang merasa kehilangan untuk dicocokkan darahnya. "Ya, jangka waktunya juga agak lama, bisa 2 minggu, bisa juga satu bulan hasilnya bisa keluar," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com