Seperti pada Kamis (24/10/2013), di SPBU terlihat antrean kendaraan sepanjang sekitar 2 kilometer. Kendaraan mengular hingga ke bahu jalan. Warga bahkan menunggu giliran setidaknya tiga jam.
Terlihat seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja mencatat nomor polisi kendaraan yang membeli bahan bakar. Hal itu dilakukan karena pemerintah membatasi pembelian BBM oleh warga hanya sekali sehari.
“Kalau gak dicatat merekea kembali kembali. Biasanya motor, motornya kita batasi, sekali isi sudah langsung pulang. Kita nggak membatasi pembelian, kita kasih penuh. Kalau kendaraannya angkutan kota bisa setiap hari hari. Kalau kendaraannya pribadi kan minimal tiga hari sekali. Mobil pick up kita batasi dua hari sekali. Nggak bisa hari hari kalau pribadi," ujar Yudi, anggota Satpol PP yang bertugas mencatat nomor polisi kendaraan, Kamis (24/10/2013).
Kelangkaan BBM juga dikeluhkan warga. Seorang warga Nunukan, Hasan, terpaksa mendorong motornya ke warung yang menjual bensin eceran secara sembunyi-sembunyi karena selama ini pemerintah daerah melarang penjualan bensin eceran di warung warung.
“Habisnya di tengah jalan tadi. Terpaksa mendorong. Mau antre gak sempat, banyak banget. “ ujar Hasan.
Warga seperti Hasan yang tidak mau antri di SPBU terpaksa membeli bensin di warung meski harganya lebih mahal dari APMS. Untuk satu botol bensin yang ditempatkan di botol air mineral ukuran 1,5 liter, warga harus membayar Rp 30.000. Padahal biasanya pengecer menjualnya sebesar Rp 15.000.
“Lengkap sudah penderitaan, listrik sering mati, jaringan internet lemot, sekarang bensin langka," keluh Hasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.