Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos Barang Murah di Batam

Kompas.com - 21/10/2013, 18:44 WIB

BATAM, KOMPAS.com - Bagi sementara orang, Batam diingat karena dua hal: tempat belanja barang terkenal dengan harga murah dan tempat transit ke Singapura atau Johor. Karena alasan itu, hampir semua pelancong domestik yang ke Batam membawa paspor. Tentu juga membawa cukup uang untuk belanja aneka tas, ponsel, parfum, dan terkadang minuman keras impor.

”Harganya lebih murah dibandingkan di luar. Rugi jauh-jauh ke Batam kalau tidak sekalian belanja ponsel atau tas. Ada kawan menitip minuman juga. Harga satu liter di sini sama dengan harga seperempat liter di kota lain,” ujar Tomo, pelancong asal Pangkal Pinang.

Ia menunjuk pada harga ponsel yang rata-rata lebih murah 20 persen dari harga produk sejenis di luar Batam. Harga aneka tas lebih murah lagi, bisa selisih hingga Rp 200.000 per tas. Apakah semua barang itu asli? Untuk tas, hampir semua tahu di Batam adalah surga aneka produk palsu atau lazim disebut KW.

Tak hanya tas, sebagian produk elektronik juga diduga kuat palsu. Sebagian produk elektronik juga bukan barang baru. Produk-produk bekas pakai diolah lagi, lalu dikemas sebagai produk seolah-olah baru.

”Saya pernah mau beli lensa. Harganya memang relatif murah, penjualnya menyebut itu barang baru. Tetapi saya tidak yakin itu barang baru karena di bagian sirkuit penyambung dengan kamera ada bekas goresan. Tanda lensa pernah dilepas dari kamera. Di toko resmi di kota lain, saya tidak pernah melihat goresan seperti itu,” ujar pelancong lain, Riko.

Ia juga tidak terlalu yakin apakah ponsel-ponsel di Batam produk asli dan baru. Keraguan timbul karena hampir tidak ada penjual di Batam menyediakan garansi resmi untuk ponsel yang mereka jual. ”Mereka bilang ini produk BM (black market). BM dari mana kalau jualnya di tempat terbuka seperti di Lucky Plaza. Masa aparat diam saja kalau benar ada produk BM dijual bebas,” ujar Riko.

Soal harga memang sekilas lebih murah. Namun, ada ketidakpastian kualitas produk-produk tersebut. Bahkan, harga barang di Batam relatif mahal untuk ukuran produk selundupan. ”Kalau selundupan tidak bayar pajak yang bisa sama dengan harga produknya di luar Indonesia. Saya curiga ini bukan barang asli. Bahkan, mungkin bukan impor, melainkan hasil rakitan ulang di Batam,” ujar pelancong lain, David.

Soal potensi keberadaan barang ilegal di Batam memang relatif besar. Buktinya dalam sepekan terakhir, 350 unit ponsel aneka merek dan jenis disita petugas Bea dan Cukai Batam. Semuanya disita di Bandara Hang Nadim, Batam. Kepala Bidang Penyidikan dan Penindakan Kantor Bea dan Cukai Batam Kunto Prasti menuturkan, barang-barang itu disita dari tiga orang dalam waktu terpisah. Dari P (30) dan WS (30) disita 250 ponsel.

”Mereka akan naik pesawat tujuan Jakarta saat hari raya Idul Adha, 15 Oktober 2013. Menurut pengakuan mereka, barang didapat di Batam,” ujarnya, Jumat (18/10) di Batam.

Dua pria itu memasukkan 250 ponsel dalam enam koper. Karena curiga, petugas memeriksa isinya dan menemukan ratusan ponsel. Selanjutnya, pada Rabu (16/10/2013) disita 100 ponsel dari BRH (39). Semua ponsel itu juga akan dikirimkan ke Jakarta oleh pekerja di perusahaan yang melayani kargo di Bandara Hang Nadim, Batam. ”Barang disimpan dalam dua kardus,” ujar Kunto.

Tangkapan itu bukan yang pertama. Pada awal September 2013, disita 228 ponsel berbagai merek dan jenis. (Kris R Mada)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com