Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Gajah-Manusia di Riau Rugikan Rp 1,99 Miliar

Kompas.com - 20/10/2013, 16:01 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com - Organisasi lingkungan WWF menyatakan konflik gajah dengan manusia yang terjadi selama tahun 2013 di Taman Nasional Tesso Nillo menimbulkan kerugian sekitar Rp1,99 miliar.

Informasi yang diterima Antara dari WWF di Pekanbaru, Minggu (20/10/2013), menyebutkan rekapitulasi hasil konflik gajah versus manusia itu adalah rekap sejak tahun 2004.

Menurut organisasi tersebut, serangan gajah kerap terjadi di tiga desa yang berdekatan dengan Taman Nasional Tesso Nillo (TNTN).

Humas WWF Riau, Syamsidar mengatakan, untuk mengurangi kerugian akibat konflik tersebut, WWF bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau dan Balai TNTN untuk melakukan penanganan konflik yang berkepanjangan itu.

Salah satunya menurut dia yakni dengan menggunakan gajah pengusir (Flying Squad) yang telah dilakukan sejak April 2004.  Gajah pengusir adalah salah satu teknik mitigasi konflik antara manusia dengan gajah.

Upaya ini dilakukan dengan memberdayakan gajah latih untuk mengusir dan menggiring gajah liar kembali kehabitatnya di kawasan hutan.

Ia mengatakan, tim ini telah ditempatkan di kawasan rawan konflik seperti di Desa Lubuk Kembang Bunga, yang merupakan pedesaan berbatasan langsung dengan TNTN.

Tim Flying Squad terdiri dari empat ekor gajah dan delapan orang perawat yang selama ini disebut mahout. Untuk pencegahan terjadinya konflik, kata dia, tim ini melakukan patroli secara rutin di sejumlah daerah rawan.

"Selain dengan gajah, tim juga ada yang patroli dengan menggunakan sepeda motor dan mobil," katanya.

Data WWF menyatakan labih dari 100 kasus kematian gajah Sumatera di Provinsi Riau sejak 2004 belum pernah terungkap siapa pelakunya.

Syamsidar mengatakan, hampir seluruh kasus kematian gajah Sumatera akibat diracun, dimana pemicunya adalah konflik dengan manusia, karena gajah masih dianggap sebagai hama perusak perkebunan.

Konflik gajah dan manusia juga kerap ditunggangi oleh kepentingan perburuan, dilihat dari seluruh gajah jantan yang mati nyaris seluruhnya tanpa gading.

Menurut dia, lemahnya penegakan hukum mengakibatkan tidak ada efek jera bagi pelaku dan keberadaan gajah makin terancam.

"Faktor penyebab terus terjadinya kematian gajah di Riau akibat lemahnya penegakan hukum, karena pelaku menilai tidak pernah ada hukuman terhadap pembunuhan gajah," katanya.

Selama dua tahun terkhir, demikian Syamsidar, sudah ada 19 kasus kematian gajah yang belum terungkap. Sementara pada 2012, sebanyak 12 ekor gajah ditemukan mati akibat diracun di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, sedangkan tiga lainnya di daerah lain.

Sedangkan, hingga September 2013 sudah ada empat kasus kematian gajah di Tesso Nilo. Kondisi tersebut diakuinya sangat memprihatinkan karena jumlah populasi gajah di Riau diperkirakan hanya tinggal 300 ekor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com