Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sikka Butuh Tambahan Tenaga Medis

Kompas.com - 08/10/2013, 20:02 WIB
Hamzirwan

Penulis

Sumber KOMPAS

SIKKA, KOMPAS.com - Masyarakat Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, membutuhkan tambahan tenaga medis seperti dokter dan paramedis. Selama ini mereka masih mengandalkan para dokter yang sedang menjalankan tugas pegawai tidak tetap (PTT).  

Bupati Sikka Yoseph Ansar Rera mengatakan hal ini saat meninjau kegiatan pengobatan gratis dan sunatan massal Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) di Kelurahan Hewuli, Alok Barat, Sikka, Selasa (8/10/2013).

Kegiatan sumbangan pembaca harian Kompas ini berlangsung di jalur yang dilalui tim “Ekspedisi Sabang-Merauke: Kota dan Jejak Peradaban” harian Kompas. “Baru saya minta tambahan 20 dokter. Saya tidak tahu kapan direalisasikan,” kata Yoseph.  

Kepala Dinas Kesehatan Sikka Delly S Pasande menjelaskan, idealnya ada 60 dokter yang bertugas di tiga rumah sakit dan 23 pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Saat ini, rumah sakit masih kekurangan dokter spesialis dan tiga puskesmas belum memiliki dokter.  

Kegiatan DKK semula akan berlangsung di lokasi pengungsian korban letusan Gunung Rokatenda. Yoseph kemudian mengarahkan agar dilaksanakan di Kelurahan Hewuli untuk pemerataan pelayanan kesehatan dengan 41 anak dikhitan dan 708 orang diperiksa kesehatan.  

Menuju Larantuka

Seusai mengikuti kegiatan DKK, kami kembali berkendara dari Maumere menuju Larantuka, Flores Timur. Kami menempuh perjalanan sejauh 135 kilometer ini selama tiga jam.  

Begitu keluar dari Maumere, kami melalui jalan lurus selebar empat meter sampai lima meter selama satu jam. Begitu sempit jalan ini sehingga pengemudi harus sangat cermat saat berselisih dengan mobil dari arah berlawanan.  

Hamparan rawa dengan rerumputan kering setinggi satu meter dan pepohonan lontar pun mengiringi perjalanan kami. Pepohonan tua dengan batang berdiameter 50 centimeter (Cm) pun berbaris seperti mengantar kami menuju Larantuka, kota pelabuhan kecil di ujung Timur Pulau Flores.  

Masih seperti jalur lain di sepanjang Pulau Flores. Kami tetap melalui jalur berliku, naik, dan turun mengeliling punggung dua gunung sebelum mencapai Larantuka.  

Pemandangan Laut Savu yang berair biru sesekali menyambut kami saat mobil menikung ke kiri seusai menanjak. Pohon-pohon beringin tua dengan akar yang menjuntai berdiri tegak di dekat tikungan seolah mengingatkan para pengemudi untuk tetap waspada.  

Maklum, jalan aspal dari Maumere menuju Larantuka masih tampak hitam berkilap. Bahkan, marka jalan berwarna putih pun masih tampak bersih belum banyak terinjak ban mobil.  

Larantuka merupakan kota bersejarah yang menjadi salah satu tujuan wisata religius umat Katolik dalam perayaan Semana Santa setiap menjelang Paskah. Semana Santa adalah upacara mengarak patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana (Yesus), yang dibawa misionaris Portugis, Gaspar do Espirito Santo dan Agoestinho de Madalena pada abad ke 16. (mhf/ham/otw)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KOMPAS
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com