"Daerah yang memiliki kerawanan penyakit antraks pada sapi adalah Bogor. Kami mewaspadai betul jika ada sapi yang berasal dari daerah itu masuk ke Tasik, dan dijadikan hewan kurban," terang Kepala Seksi Kesehatan Veteriner Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya, Ika Rostikaningsih kepada sejumlah wartawan, seusai pengecekan hewan kurban, Jumat (4/10/2013).
Ika menyebutkan, perdagangan hewan kurban di wilayah Tasikmalaya terbagi dalam dua kategori. Ada yang menjual sapi di lokasi pasar hewan yang dikelola pemerintah, dan ada penjualan hewan kurban yang tersendiri dilakukan penjual. Untuk penjualan sapi di pasar hewan, dapat dipastikan kesehatan dan kelayakan hewan konsumsi terjamin, karena sebelum dijual telah melewati pemeriksaan.
"Nah, untuk hewan kurban yang dijual langsung seperti ini harus dicek kesehatannya di lokasi penjualan secara langsung," kata Ika sembari menunjukkan hewan yang telah diperiksa kesehatannya.
Hewan yang lolos pengecekan kesehatan akan diberi label khusus. Sedangkan untuk hewan kurban yang terdeteksi berpenyakit, akan disita dan tak boleh diperjualbelikan.
"Jadi, kami berupaya membebaskan konsumen dari penyakit menular hewan kepada manusia, terutama antraks. Selain sapi asal Bogor, yang rawan penyakit juga berasal dari Purwakarta dan beberapa kota di Jawa Timur," ungkap Ika.
Sementara, mendekati Idul Adha sekarang, kata Ika, pihaknya terus melakukan pengecekan kesehatan hewan yang diperjualbelikan untuk kurban. Tim yang terdiri dari tenaga ahli peternakan terus mendatangi lokasi penjualan hewan. Terutama para penjual yang memiliki lokasi tersendiri.
"Setiap kecamatan yang ada lokasi penjualan hewan kurban akan terus didatangi untuk dilakukan pengecekan kesehatan hewan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.