Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumor, Kedua Mata Bocah Sandi Nyaris Keluar...

Kompas.com - 04/10/2013, 15:02 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Meski kemungkinan untuk bisa melihat secara normal sangat sulit terwujud, tetapi harapan untuk bisa sembuh dari sakit dan kembali ke rumah tetap berkecamuk dalam hati orangtua Sandi Septiono (7).

Warga Desa Bajaratma RT 02 RW 09, Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, ini kini dirawat di ruang imunokompresi, perawatan anak lantai 2 RSUP Dr Kariadi Semarang, sejak satu bulan terakhir.

Kondisi Sandi saat ini sudah semakin parah karena kedua matanya sudah tidak bisa melihat dan menonjol keluar. Sementara kepalanya juga membengkak, menyebabkannya kerap mengeluh pusing.  

Ayah Sandi, Nano, yang hanya seorang buruh tani mengatakan, Sandi diketahui menderita tumor di bagian mata sejak dua tahun lalu. Ketika itu hanya mata bagian kanan yang menonjol putih dan kemudian dibawa ke puskesmas setempat.

Oleh pihak puskesmas, Sandi diminta membawa ke rumah sakit daerah untuk mendapat penanganan yang intensif. “Namun, di rumah sakit sana juga belum tahu penyakit pastinya apa, kemudian dibawa ke Kariadi Semarang ini. Saat itu dinyatakan tumor dan harus menjalani perawatan serta kemoterapi,” ujarnya saat ditemui di RSUP Dr Kariadi Semarang, Jumat (4/10/2013).  

Nano menceritakan, ketika itu Sandi sudah masuk kelas I di SD Bajaratma 3 Brebes. Sekolahnya kemudian terhenti karena proses pengobatan yang lama.

Kemudian Sandi sempat dinyatakan sembuh meski masih tetap harus menjalani kemoterapi secara berkala. Putra keduanya itu pun bisa kembali bersekolah.  

Sayangnya, tumor ganas itu kembali datang dan semakin parah di kedua mata Sandi. Akibatnya, Sandi harus kembali meninggalkan bangku sekolahnya. “Harusnya pas Lebaran kemarin Sandi kemoterapi, tapi karena tidak ada mobil dan tidak ada biaya ke sini, jadi tidak bisa kemoterapi. Saya juga bingung waktu itu, ternyata penyakitnya menyerang lagi dan sekarang malah kondisinya parah,” cerita Nano yang juga terlihat menangis.  

Sekitar satu bulan lalu, Sandi kembali menjalani perawatan di RSUP Dr Kariadi Semarang. Saat ini Sandi hanya bisa terbaring dan sesekali menangis serta merintih kesakitan. Ia terdiam saat bisa tidur karena untuk berbicara juga suaranya tidak terlalu jelas.

Ibu Sandi, Khorisa (34), terlihat terus berada di samping Sandi untuk menemaninya. Nano mengatakan, hingga saat ini, terhitung sudah 11 hari Sandi tidak bisa makan. Desakan tumor yang dideritanya sudah hampir menutupi saluran pernapasan sehingga Sandi pun mengalami kesulitan bernapas.

Asupan makanan saat ini hanya didapat dari susu dan infus. “Waktu pertama dibawa ke sini, Sandi juga sempat minta mainan. Harganya cukup mahal, Rp 250.000. Tetap saya belikan mesti waktu itu saya tidak punya uang, saat itu ia masih bisa melihat. Saya belinya di Simpang Lima, padahal saya tidak tahu itu di mana, saya tanya-tanya. Saya belikan agar dia senang,” kenang Nano sembari mengusap air matanya.  

Berdasarkan keterangan dokter yang menangani Sandi, bocah itu menderita tumor Primitive Neuro Ektoderma Tumor (PNET) yang menyerang saraf. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pasien yakni dengan mengangkat kedua mata Sandi.

“Termasuk tumor ganas, dengan kondisi ini kedua matanya harus diangkat,” ujar dokter Yetty Moveita Nency.

****
Informasi penyaluran bantuan untuk Sandi, hubungi: redaksikcm@kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com