Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah Penderita Tumor Mata ini Hanya Menangis dan Menangis...

Kompas.com - 04/10/2013, 14:19 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Bocah penderita tumor mata di kedua matanya, Sandi Septiono (7), terus menangis. Kata-kata yang terucap dari mulutnya tidak terlalu jelas sehingga terkadang kedua orangtuanya tidak mengerti apa yang diinginkan Sandi.

Saat menangis dan terus merengek, sesekali Sandi hanya berbicara lirih karena merasa sakit dan panas. Dua bola mata Sandi yang keluar memang terus membesar. Meski begitu, kedua orangtua Sandi tetap berharap putra keduanya itu bisa sembuh dan ceria seperti sebelumnya.  

Sang ayah, Nano (40), saat ditemui di ruang perawatan anak lantai 2 RSUP Dr Kariadi Semarang, Jumat (4/10/2013), menceritakan, Sandi sudah sejak dua tahun ini menderita tumor mata yang ganas.

“Dulu yang kanan, dan sudah dilakukan kemoterapi serta perawatan. Waktu itu sudah sembuh, tapi ini kambuh lagi dan lebih parah,” ujar Nano.

Saat itu, Sandi seharusnya menjalani kemoterapi agar penyakit yang dideritanya tidak menjalar. Namun, karena terbentur kondisi, Sandi telat menjalani kemoterapi dan kembali dibawa ke RSUP Dr Kariadi sekitar satu bulan lalu dalam kondisi yang sudah parah.  

“Saya kadang tidak tega melihatnya, kalau sekarang memang semakin parah di kedua matanya dan kata dokter desakan tumor itu sudah hampir menutupi saluran pernapasan,” cerita Nano. 

Bukan hanya itu, terkadang darah pun keluar dari mulut dan hidung bocah kelahiran 5 September 2006 itu.

Ibunya Khorisa (34) terlihat sabar menemani sang putra. “Sekarang ini sudah sering mengeluh sakit, panas, dan muntah-muntah,” ujar warga Desa Bajaratma RT 02 RW 09, Bulakamba, Kabupaten Brebes, ini.  

Nano mengatakan, berdasarkan keterangan dokter yang menangani anaknya, sore ini Sandi akan  menjalani operasi. “Katanya dioperasi sore ini jam 4, tapi entah kedua matanya langsung diangkat atau berapa kali operasi, saya kurang tahu," kata Nano.  

Kondisi Sandi saat ini, ungkap Nano, memang sangat berat untuk dijalani. Ia yang hanya seorang buruh tani dan istrinya seorang penjual mainan jelas tidak memiliki banyak biaya untuk Sandi.

Untuk pengobatan memang sudah melalui Jamkesmas, tetapi untuk biaya mereka sehari-hari ia mengaku tidak tahu harus melakukan apa.

Di Semarang pun mereka tidak memiliki keluarga. “Selama ini dibantu pak dokter dan bapak-bapak yang ada di rumah sakit. Saya juga harus berhenti kerja karena menunggu di rumah sakit. Saya hanya bisa berterima kasih untuk semuanya yang sudah membantu keluarga saya meski sekarang ini masih kekurangan,” kata Nano.

Nano terlihat meneteskan air mata dan tak sanggup banyak bicara saat Kompas.com datang menemuinya. Ia hanya mengaku berharap putranya bisa sembuh, meski tidak bisa sembuh total seperti sedia kala.

Saat ini Sandi hanya mendapatkan asupan makanan dari susu dan infus. “Saya hanya bisa berdoa dan berterima kasih pada semua yang sudah membantu,” ujar Nano lirih. 


****
Informasi penyaluran bantuan untuk Sandi, hubungi:redaksikcm@kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com