Misalnya yang dialami pedagang ayam di Pasar Sentral Pekkabata, Polewali Mandar. Berdasarkan pantauan Kompas,com, Jumat (29/9/2013), suasana pasar tampak sepi dari biasanya sejak tiga pekan terakhir. Hanya ada satu atau dua warga yang datang membeli ayam, itu pun jumlahnya bisa sedikit. Padahal sebelumnya, pusat penjualan ayam potong dan ayam ras ini selalau ramai dikunjungi warga yang ingin berbelanja kebutuhan ayam, baik dikonsumsi sendiri maupun untuk hajatan atau pesta pengantin.
"Pembeli sepi dan bisa dihutung jari. Sebetulnya kita juga tak menghendaki harga ayam mahal karena pembeli pasti kurang, tetapi kita tak mungkin menjual merah karena dari distributor harganya sudah tinggi,” ujar H Muhammad Ramli, salah seorang pedagang ayam di Pasar Pekkabata, Jumat.
Menurut Ramli, sejak beberapa pekan terakhir, harga ayam potong di Polewali Mandar terus melonjak beberapa kali dalam sebulan. Semula, harga ayam dijual pedagang Rp 35.000 per ekor, kini menjadi Rp 40.000 lebih per ekor. Sebelum menembus harga Rp 70.000 per ekor, ayam potong sempat dijual pedagang di kisaran Rp 50.000 hingga Rp 60.000 per ekor.
Sepih pembeli, kata Ramli, tidak hanya menurunkan omzet pedagang, tetapi juga menambah biaya pemeliharaan berupa tambahan biaya pakan dan obat-obatan lainnya selama dalam pemeliharaan di kandang sebelum laku terjual ke konsumen. Dengan demikian, lanjut Ramli, makin lama tak laku, kerugian pedagang makin bertambah. Jika seekor ayam dihitung menghabiskan biaya pakan Rp 3.000, bisa dibayangkan berapa ratus ribu biaya tambahan pakan yang harus ditanggung pedagang selama berhari-hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.