Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abu Vulkanik Picu Asma dan Kanker Kulit

Kompas.com - 16/09/2013, 22:44 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis


MEDAN, KOMPAS.com - Abu vulkanik yang dimuntahkan gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dan terbawa angin hingga menebar kemana-mana, ternyata membahayakan bagi tubuh manusia. Spesialis penyakit tropik dan infeksi DR Dr Umar Zein DTMH&H SpPd KPTI menyatakan, debu tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit saluran pernafasan, kulit dan mata.

“Selain menyebabkan polusi udara, debu vulkanik baik yang halus dan kasar dapat menyebabkan iritasi mata, infeksi saluran pernapasan dan sangat berbahaya bagi penderita asma. Bahkan, bisa memicu datangnya asma dan kanker kulit,” katanya via telepon seluler, Senin (16/9/2013) malam.

Menurut Umar Zein, abu vulkanik atau pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik berupa bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi erupsi, sangat bervariatif.

"Ada yang mengandung batu-batuan serta pasir halus dan kasar. Semuanya sangat berbahaya bagi kesehatan,” katanya lagi.

Secara umum, lanjutnya, efek abu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam. Iritasi yang terjadi dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Jika di biarkan lebih lama tanpa antisipasi akan menimbulkan penyakit paru-paru dan dapat mengakibatkan kanker kulit, khususnya bagi anak-anak yang lebih sensitif.

“Pada anak-anak akan lebih parah dampaknya, karena daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa,” ucapnya.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat agar menggunakan masker dan kacamata, seperti kacamata renang yang bisa menutupi seluruh mata. "Sebaiknya juga menggunakan baju yang menutupi seluruh tubuh,” imbaunya.

Dia juga mengimbau agar pemerintah membantu mengontrol makanan para pengungsi. “Biasanya di lokasi pengungsian, kehigienisan makanan tidak terpantau sehingga perlu peran pemerintah. Penyakit yang paling sering timbul dalam keadaan seperti ini adalah diare,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com