Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2013, 15:14 WIB
Kontributor Bone, Abdul Haq

Penulis


BONE, KOMPAS.com - Ratusan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan menggelar unjuk rasa di sejumlah instansi memprotes kasus pemukulan seorang siswi SMP 2 Watampone, Rifka Adinda, oleh gurunya, Sundari, Senin (16/9/2013). Kasus tersebut berbuntut hukum dengan ditahannya Sundari. Lalu pihak sekolah pun mengeluarkan Rifka.

Unjuk rasa yang digelar tepat pukul 11.00 Wita ini diawali dengan melakukan orasi di Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Watampone di Jalan MH Thamrin menuntut agar oknum guru yang melakukan penganiayaan segera dihukum sesuai undang-undang perlindungan anak. Seusai menggelar orasi, mahasiswa pengunjuk rasa kemudian mendatangi kantor bupati setempat di Jalan Ahmad Yani dan memaksa bupati keluar menemui mereka.

Mahasiswa menuntut agar bupati memberikan jaminan kepada korban karena beberapa bulan tak menempuh pendidikan lantaran telah dikeluarkan dari sekolahnya. "Masa begini caranya mendidik, dikeluarkan dari sekolah dan tidak ada sekolah yang mau terima," ungkap Fadil, koordinator aksi.

Sementara itu, bupati setempat yang keluar menemui mahasiswa memberikan jaminan bahwa korban akan kembali sekolah namun harus mengikuti ujian susulan lantaran tak mengikuti ujian semester sebelumnya.

"Saya yang jamin dan kalau ada sekolah yang tak mau terima, bawa anak itu ke saya. Nanti saya yang sekolahkan langsung," tegas Bupati Bone, Andi Baso Pashar Padjalangi di hadapan para mahasiswa.

Kendati tuntutannya akan dipenuhi, namun para mahasiswa tetap melanjutkan aksinya ke kantor Dinas Pendidikan di Jalan Wahidin Sudirohusodo. Pendemo mempertanyakan ulah anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang dinilai mereka telah mengerahkan ratusan pelajar untuk berdemonstrasi menuntut agar Pengadilan Negeri (PN) segera membebaskan pelaku pemukulan yang sedang ditahan.

"Kami tidak bisa memaksa para guru karena itu merupakan aksi solidaritas dan atas nama organisasi mereka," jawab Haidar, salah seorang pegawai Diknas yang sebelumnya bersitegang dengan mahasiswa.

Meski demikian, Diknas telah memberikan jaminan bahwa korban tetap dapat melanjutkan pendidikan di sekolahnya dan menjamin tidak akan mendapatkan intimidasi dari para guru. Setelah mendapatkan jawaban, mahasiswa pun membubarkan diri dan kembali ke kampus mereka.

Sebagaiman diberitakan sebelumnya bahwa kasus ini bermula dari pemukulan salah seorang siswi SMP 2 Watampone, Rifka Adinda oleh oknum guru bahasa Indonesia, Sundari pada Senin, 18 Februari 2013 lalu. Aksi pemukulan terjadi berlangsungnya proses dan belajar di sekolah tersebut. Peristiwa tersebut berujung di pengadilan. Baik korban maupun terdakwa masing-masing membawa massa dan kerap membuat ulah di persidangan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com