Bahkan, lanjutnya, saat gunung Sinabung memuntahkan debu vulkanik dan asap yang cukup tebal, Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat benar-benar gelap gulita. Norman mengaku tambah takut dan situasi desa yang dihuni lebih kurang 800 kepala keluarga (KK) makin mencekam.
"Saya tidak menduga gunung berapi itu meletus dan selama ini juga tidak ada tanda-tanda atau pemberitahuan dari petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang bertugas mengawasi gunung Sinabung," ujarnya.
Norman menyebutkan, saat peristiwa yang mengancam jiwa manusia itu, dia hanya berusaha menyelamatkan tiga orang anaknya beserta isteri.
"Yang terbayangkan pada Minggu pagi hari itu adalah bagaimana caranya dapat menyelamatkan anak-anak dan keluarga ke tempat yang aman," ujarnya.
Dia menjelaskan, tidak bisa membayangkan, saat terjadinya letusan gunung berapi itu.Harta, uang dan barang perhiasan yang berharga lainnya terpaksa ditinggalkan begitu saja.
Namun, yang penting bagi dirinya adalah menyelamatkan nyawa di badan dan tiga orang anaknya yang masih kecil dan perlu pembinaan.
"Saya hanya bisa menyelamatkan baju yang dipakai dibadan dan sejumlah uang di dompet untuk berjaga-jaga," ucap dia.
Norman menambahkan, siapa yang tidak merasa takut dan cemas, sebab jarak gunung Sinabung yang meletus dengan rumah penduduk hanya lebih kurang 3 kilometer.
"Ini sangat berbahaya dan dikhawatirkan dapat mengencam keselamatan warga, jika tidak secepatnya menyelamatkan diri atau meninggalkan gunung Sinabung yang meletus dan mengeluarkan larva panas," kata petani sayur di Desa Berastepu tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.