Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HTI Malang Demo Tolak Miss World

Kompas.com - 07/09/2013, 15:30 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


MALANG, KOMPAS.com - Massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Malang, Jawa Timur, menggelar demo menolak kontes Miss World yang diselengarakan di Bali, Sabtu (7/9/2013). Mereka menilai karena kontes tersebut hanya mengumbar aurat yang melanggar syariat Islam.

Mereka beraksi sambil membawa spanduk bertuliskan "Miss World Dusta 3 B", "Kontes Aurat Miss World harus ditolak", "Auratmu bukan pajangan", "Miss World Motif Eksploitasi Ekonomi Terselubung".

Menurut koordinator aksi, Fathurrahman, HTI menyatakan dengan tegas, bahwa acara Miss World adalah kedok legalisasi eksploitasi tubuh wanita, yang nantinya hanya melahirkan kontes-kontes serupa di negara-negara lain termasuk Indonesia.

"Sesuai dengan keputusan HTI pusat, kami HTI Malang tegas juga menolak kontes kecantikan yang akan digelar di Bali itu. Karena hal itu adalah bentuk liberalisasi budaya barat yang juga disusupi oleh agenda terselebung ekonomi global," kata Fathurrahman yang ditemui di sela-sela aksi.

Dia memaparkan, perempuan dinilai tidak hanya dari segi kecantikan semata dan kemolekan tubuh. Jika terjadi demikian, jelas masuk kategori komersialisasi tubuh perempuan. "Jika terjadi konsepnya brain, beauty, behaviour, hal itu hanya alasan belaka untuk melegalkan kemaksiatan," katanya.

Sebagai negara dengan umat Islam terbesar di dunia, tambah Fathurrahman, seharusnya pemerintah Indonesia berani menolak ajang gelaran Miss world tersebut.

"Karena, kebijakan Miss World itu tidak terlepas dari campur tangan pemerintah. Kalau pemerintah punya itikad baik, maka Miss World tidak akan diselenggarakan di Indonesia," katanya.

Dari itu kata Fathurrahman, HTI Malang tegas menolak anggapan bahwa dengan hadirnya Miss World, pariwisata di Indonesia akan berkembang pesat.

"Tidak benar jika Miss World itu untuk menaikkan pariwisata. Buktinya, Malaysia yang tidak mengadakan kontes itu, pariwisatanya terus membaik dan cukup bagus. Tak ada kata lain harus ditolak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com