Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Air Kotor, Warga Desa Builaran Tewas karena Diare

Kompas.com - 07/09/2013, 12:05 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

MALAKA, KOMPAS.com — Warga Desa Builaran, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Daerah Otonomi Baru Malaka, Nusa Tenggara Timur, setiap hari mengonsumsi air kotor di dalam kubangan dekat kali. Hal itu terjadi karena di kawasan itu memang sulit air bersih. Akibat pola hidup tersebut, setiap bulan, jumlah penderita diare pun terus bertambah.

Alfonsius Luan, Kepala Desa Builaran, Sabtu (7/9/2013), mengaku sudah berulang kali mengusulkan pengadaan air bersih kepada Pemerintah Kabupaten Belu sebagai kabupaten induk. Namun, hingga kini mereka belum juga dilayani.

"Di desa kami ini banyak yang meninggal akibat diare, karena penyebab utamanya yakni tidak tersedianya air bersih. Kalau ingin mendapatkan air bersih, warga harus berjalan kaki sejauh tujuh kilometer, yakni di sumber air Naibone, Desa Naibone. Karena jaraknya jauh, maka warga kami terpaksa ambil air di dalam kubangan di kali," kata Alfonsius.

Menurut Alfonsius, ketika musim panas, kubangan menjadi satu-satunya sumber air. Namun pada saat musim hujan, warga beramai-ramai menampung air hujan, yang dipakai untuk memasak, minum, cuci, dan mandi.

Akibatnya, bukan hanya penyakit diare yang diderita banyak warga, melainkan juga penyakit kulit. "Setiap bulan, puluhan warga pasti terserang diare, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Untuk bulan ini saja sudah 30 warga yang terserang diare. Puncaknya yakni pada tahun 2007 lalu, terdapat 26 orang meninggal karena diare. Kebanyakan karena terlambat ditangani oleh petugas kesehatan. Jarak antara desa dan puskesmas terdekat sejauh sembilan kilometer," imbuhnya.

"Kami sekarang bingung untuk mengantisipasi hal tersebut. Permintaan untuk pengadaan air bersih sudah kami sampaikan kepada pemerintah kabupaten tetapi belum ada jawaban yang positif," lanjut Alfonsius.

Alfonsius mengatakan, Desa Builaran dengan jumlah penduduk 1.254 jiwa, sejak bergabung dengan Kabupaten Belu tahun 1963, belum pernah menikmati air bersih. Padahal, desa tersebut menjadi pusat kerajaan Liurai Wehali yang merupakan kerajaan terbesar di wilayah Timor Barat.

"Selain air bersih, infrastruktur jalan raya sangat memprihatikan karena masih memakai jalan tanah yang penuh dengan bebatuan sehingga sulit dilewati pada musim hujan. Juga terdapat banyak rumah warga yang tak layak huni," ujar Alfonsius.

Alfonsius pun berharap pemerintah pusat bisa memperhatikan warganya dengan memberikan bantuan air bersih sehingga penyakit diare bisa berkurang di wilayahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com