Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD Sabung Nyawa Seberangi Sungai demi Bersekolah

Kompas.com - 03/09/2013, 17:19 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


MAMUJU, KOMPAS.com — Sarana jembatan dan jalan yang tidak kunjung dibenahi pemerintah sejak puluhan tahun lalu membuat warga sejumlah desa dan kecamatan di Mamuju, Sulawesi Barat, hidup terisolasi. Untuk memasarkan hasil pertanian ke kota dan pergi ke sekolah, warga serta siswa terpaksa menyabung nyawa dengan menyeberangi sungai.

Seperti yang terjadi di Desa Lumika, Kecamatan Bonehau, salah satu daerah terisolasi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Untuk bisa bepergian ke desa tetangga atau ke pasar di Kota Mamuju, warga kerap berjuang menaklukkan arus sungai yang deras, terutama saat banjir.

Seperti pantauan Kompas.com, Selasa (3/9/2013), para siswa ini memilih menyeberang sungai secara rombongan agar tak mudah terseret arus. Namun, saat hujan lebat, warga dan siswa mesti ekstra hati-hati saat menyeberang sungai.

Meski bisa membahayakan keselamatan jiwanya, para siswa ini mengaku tetap nekat berusaha menyeberang sungai untuk pergi ke sekolah, baik saat cuaca cerah maupun hujan.

Irma, salah satu siswa SD di Mamuju, mengaku setiap hari melintasi sungai ini demi bersekolah ke desa tetangganya. Dia terpaksa melakukan itu demi bisa bersekolah. Agar tidak mudah terseret arus, para siswa kerap menyeberang sungai dengan cara berpegangan tangan sambil jalan membelah sungai.

"Tidak ada jalan dan jembatan, terpaksa memilih menyeberang sungai. Lewat sungai bisa sampai ke sekolah cuma 15 menit. Kalau memutar dengan jalan lain butuh waktu satu jam untuk sampai ke sekolah," jelas Irma.

Sejumlah warga di lokasi ini mengaku sudah bosan mengadukan keluhan mereka ke pemerintah setempat. Warga mengaku sudah puluhan kali mengajukan jembatan ke pemerintah. Namun, sampai hari ini, ajuan itu belum direspons juga. Padahal, ratusan anak SD, SMP, dan SMA tiap hari harus berjuang melawan bahaya demi bersekolah ke desa tetangga.

Anggota Komisi C DPRD Mamuju, Kalvin Kalambo, menyebutkan, meski negeri ini sudah puluhan tahun merdeka, masyarakat di Kecamatan Bonehau dan Kalumpang, Mamuju, hingga kini masih hidup terisolasi lantaran tidak ada akses jalan dan jembatan.

Untuk bepergian ke Kota Mamuju atau menjual hasil bumi mereka, kata Kalvin, warga harus membayar biaya dua kali lipat. Akibatnya, harga barang yang dijual pedagang ke kota bisa dua kali lipat, padahal jarak Kota Mamuju dengan lokasi kedua desa ini hanya beberapa kilometer.

"Saya menyesalkan Gubernur Sulbar yang tidak punya kepedulian dan empati kepada masyarakat di kedua kecamatan tersebut. Padahal, sudah puluhan kali warga mangadu ke Gubernur, namun tak ada respons," sesal Kalvin.

"Gubernur malah melempar tanggung jawab dan menilai pembenahan infrastruktur di lokasi adalah tanggung jawab Pemda Mamuju, bukan Gubernur," ujar Kalvin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com