Elli Suparti, warga Kelurahan Sidomulyo, Kota Bengkulu sudah hampir satu minggu tidak dapat memanfaatkan sumur resapan yang selama ini ia pakai. "Sudah satu minggu ini kami mandi dan cuci terpaksa pindah ke rumah tetangga yang secara kebetulan rumahnya terletak di lembah sehingga sumurnya masih terdapat air bersih," kata Elli, Selasa (3/9/2013).
Tidak hanya Elli, hal yang sama juga dialami Hasnatati, warga Kelurahan Kandang Limun, Kota Bengkulu. Dia menyatakan, akibat kemarau dia terpaksa harus membeli air bersih ke tempat-tempat pengisian ulang air minum untuk digunakan sebagai konsumsi mandi cuci dan masak.
"Sumur keluarga kami sekarang kering kerontang, harus dibiarkan selama lima hari baru airnya terisi kembali, itu pun volume airnya masih minim belum mampu memenuhi kebutuhan keluarga," kata Hasnatati.
Sementara itu, bagi masyarakat yang memiliki dukungan finansial, mereka membuat sumur bor. Harga pembuatannya pun relatif mahal berkisar Rp 7-9 juta per titik di Kota Bengkulu.
Kondisi kekeringan juga semakin diperparah dengan tidak beroperasainya beberapa produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), karena rusaknya beberapa unit peralatan suplai air.