Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produsen Tempe: Sebutir Kedelai Jatuh pun Diambil

Kompas.com - 27/08/2013, 17:45 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Bagi produsen tempe dan tahu, saat ini nilai kedelai bisa disejajarkan dengan emas. Sebab sejak sepuluh hari lalu, bahan baku tempe dan tahu itu sangat sulit didapat dan kalaupun ada harganya sangat mahal.

"Satu biji saja jatuh, sekarang tetap saya ambil," tegas Taufiq (45), seorang produsen tempe di Ngabean Wetan, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Selasa (27/08/2013) sore.

Ia mengandaikan kedelai itu emas, sulit didapatkan, harganya mahal namun didambakan keberadaan. Selama 10 hari terakhir menurutnya stok kedelai kualitas nomor 1 sudah tidak ada dipasaran. Yang ada hanya kedelai kualitas 2 dan 3, yang tidak layat karena banyak mengandung campuran.

"Jenis Kedelai SBS dari Amerika (kualitas 1) sudah hilang dari peredaran. Baru ada lagi Oktober. Itu kata penjualnya. Padahal kedelai jenis itu yang menjadi andalan saya," kata Taufik.

Meski telah hilang dari peredaran, namun Taufiq setidaknya masih bisa bernafas lega dalam dua hari kedepan, sebab dirinya masih beruntung mendapatkan satu sak berisi 50 kilogram kedelai SBS.

"Beruntung saya masih dapat stok terakhir, untuk satu kilonya dijual dengan harga Rp9.000, sedangkan dulu Rp 7.000- Rp 7.500," paparnya.

Taufiq mengatakan, jika benar baru Oktober mendatang kedelai kualitas 1 ada di pasaran, kemungkinan dia akan menghentikan produksi. Padahal dia sudah memproduksi tempe sejak 1963 dan hasilnya sudah diekspor sampai ke Filipina.

Pilihan untuk menghentikan produksi itu lebih karena mempertahankan kualitas produk. Sebab jika menggunakan kedelai lokal atau kualitas di bawah satu maka hasilnya tidak bagus.

"Ya mending berhenti memproduksi sementara dari pada mengasilkan tempe yang seadanya. Saya tidak mau konsumen saya mengigit batang kayu atau jagung," tandas dia.

Dia berharap pemerintah segera mengambil langkah-langkah untuk memulihkan keadaan, yakni mengatasi kelangkaan kedelai dan lonjakan harganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com