Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digerogoti Tumor, Surahman Berhenti Mengayuh Becak

Kompas.com - 22/08/2013, 10:20 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

SUMENEP, KOMPAS.com — Setahun terakhir, Surahman (14), warga Dusun Tenggina, Desa Batang-batang Daja, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep, sulit tidur lantaran benjolan besar tumbuh di lehernya.

Benjolan itu, menurut dokter yang pernah didatangi Surahman, adalah tumor dan harus dioperasi agar bisa disembuhkan. Sehari-hari, bagian lehernya terasa perih, panas seperti terbakar, hingga menyulitkannya untuk makan dan minum.

Pekerjaannya sebagai pengayuh becak sudah setahun ditinggalkannya dan hanya tinggal di rumahnya bersama kedua orangtuanya, Surair dan Suami, beserta empat saudaranya.

Benjolan itu awalnya sebesar telur ayam. Karena terus dibiarkan dan tidak diobati, akhirnya benjolan itu terus membesar hingga kini leher Surahman tidak bisa digerakkan lagi. "Dulu waktu sekecil telur masih enak untuk dibawa kerja, tapi sekarang untuk menoleh pun harus menggerakkan seluruh anggota badan dan rasanya perih sekali," cerita Surahman, Kamis (22/8/2013).

Sebagai pemuda yang hanya lulusan sekolah dasar, Surahman mengaku tidak banyak memiliki pengetahuan soal penyakitnya. Ia pernah mendatangi Puskesmas Batang-batang. Di sana, perawatnya hanya membersihkan bagian luar benjolan tumor itu, kemudian diberi beberapa biji obat dan langsung pulang.

Upayanya untuk sembuh dilanjutkan dengan berobat ke Rumah Sakit dr H Moh Anwar Sumenep. Di rumah sakit "pelat merah" ini, Surahman ditolak untuk berobat. Alasannya, ia harus dirawat di Surabaya dan benjolannya itu harus dioperasi. Di Sumenep, tidak ada dokter yang bisa melayaninya dan yang ada hanya di Surabaya.

"Berobat di Sumenep saja saya sudah tidak mampu, apalagi disuruh operasi ke Surabaya. Akhirnya, saya biarkan saja penyakit ini menggerogoti tubuh saya," ujarnya lirih.

Sambil menunggu keajaiban penyakitnya sembuh, Surahman masih mengandalkan perawatan tradisional yang diperoleh dari beberapa warga, misalnya memakan buah mengkudu yang dipercaya bisa mengurangi rasa panas dan sakit di lehernya.

Selain itu, Surahman juga masih mengandalkan ramuan-ramuan tradisional lainnya. "Saya sudah tidak punya cara lain untuk berobat. Untuk makan sehari-hari saja, keluarga saya sudah tidak mampu. Kalau saya harus utang ke tetangga, justru akan semakin menambah beban hidup keluarga saya," ungkapnya.

Sampai saat ini, Surahman mengaku belum ada instansi pemerintah yang datang memberikan bantuan untuk meringankan hidup dan pengobatannya. Di tengah usianya yang masih belia, Surahman masih menaruh harapan untuk sembuh dan hidup layaknya anak seusianya.

Bahkan, Surahman masih ingin menjadi tulang punggung keluarganya dan saudara-saudaranya. 

****
Informasi penyaluran bantuan untuk Surahman, hubungi:redaksikcm@kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com