"22 Juni lalu memang ada peningkatan kegempaan yang signifikan, namun masih gempa dangkal," kata Subandriyo di sela-sela buka bersama, Jumat (2/7/2013).
Subandriyo mengungkapkan, aktivitas kegempaan juga terjadi pada Februari 2013 lalu, namun setelah itu menghilang. Sehingga tidak menimbulkan kepanikan seperti pada Senin 22 Juni 2013 sekitar pukul 04.15 Wib lalu.
Sampai saat ini, BPPTKG belum melihat adanya pembekakan di tubuh gunung akibat tekanan magma. Subandriyo menyimpulkan meski ada peningkatan aktivitas Merapi namun tidak ditemukan indikasi magmatis.
"Selama ini aktivitas Merapi hanya ada di permukaan dan bukan dari dalam," ungkapnya.
Subandriyo menegaskan, status Merapi masih normal. Ancaman dari hujan abu, menurutnya tidak berpotensi bencana. Risiko maksimumnya terutama jika berada di puncak saat terjadi hembusan.
"Sejak awal Juni kami rekomendasikan tidak ada yang boleh mendekati puncak," ujarnya.
Terkait saran dari pusat untuk menaikkan status Merapi menjadi waspada dianggapnya belum perlu. Meski demikian pihaknya amat memahami saran tersebut karena pusat menginginkan jangan sampai ada jatuh korban.
"Merapi Tidak ada perubahan dan masih normal," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.