Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Belanda Permak Supriyanti Jadi Laki-laki

Kompas.com - 30/07/2013, 07:19 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com — Bukan perkara mudah bagi Supriyanti, Agus Widoyo, dan Siti Maimunah untuk mengganti jenis kelaminnya. Selain melalui beberapa kali proses persidangan, mereka juga harus menjalani beberapa kali operasi.

Kakak Supriyanti, sebut saja Kartini, bahkan tidak ingat lagi berapa kali dia ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi, Semarang, untuk mengantar adiknya berkonsultasi dokter sebelum menjalani operasi. "Kalau 500 kali mungkin ada. Sekarang sudah lega. Semuanya sudah selesai," ujarnya, Sabtu (27/7/2013).

Pengadilan Negeri Ungaran mengabulkan permohonan Supriyanti untuk alih kelamin perempuan menjadi laki-laki. Sidang pembacaan penetapan Supriyanti sebagai laki-laki digelar pada Kamis (25/7/2013).

Sementara Agus Widoyo, warga Batang, berhasil menjadi perempuan bernama Nadia Ilmira Arkadea (33) melalui persidangan di Pengadilan Negeri Batang pada 2009.

Sementara Siti Maimunah, warga Bangetayu, Genuk, Semarang, berganti kelamin menjadi pria dan mengganti namanya menjadi Muhammad Prawirodijoyo (20) setelah Pengadilan Negeri Semarang mengabulkan permohonannya pada 2011.

Ditemui Tribun Jateng di rumahnya di Dusun Canggal, Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Kartini mengaku ia mulai mengurus upaya pergantian jenis kelamin adiknya, Supriyanti, secara medis sejak 2003 silam. Kini keluarga Supriyanti bergembira karena Supriyanti telah berganti nama menjadi Bagus Supriyanto.

Supriyanti lahir pada 8 Agustus 1990. Dia merupakan anak keenam pasangan Sukiyo (55) dan Suliyem (55). Suliyem menyatakan saat melahirkan dirinya melihat kelamin Supriyanti seperti perempuan. "Tapi, saya lihat agak aneh karena ada benjolan kecil," ujarnya.

Semakin tambah usia, Supriyanti menunjukkan tingkah berbeda dengan perempuan biasa. "Selama berada di sekolah, Supriyanti menggunakan rok. Tapi, setelah pulang sekolah selalu pakai celana laki-laki. Ia main dengan laki-laki, tidur juga sama laki-laki," ujarnya.

Kartini menjelaskan, sejak kecil, Supriyanti tidak pernah bergaul dengan perempuan. Demikian juga dengan permainan yang dilakoninya. "Saya belum pernah melihat dia (Supriyanti) main pasar-pasaran seperti lazimnya anak perempuan di sini yang sebaya dia," terangnya.

Keyakinan bahwa sang adik adalah lelaki semakin kuat ketika Supriyanti duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) pada 2003 lalu. Kebiasan Supriyanti semakin menjurus kepada maskulinitas pria.

Misalnya, sang adik tidak pernah mau mengendarai sepeda motor bebek yang lazimnya menjadi tunggangan wanita. Sejak bisa mengendarai sepeda motor, Supriyanti memilih Honda Tiger sebagai tunggangannya. "Terakhir, sepeda motor dia Yamaha Vixion," sambung dia.

Melihat kebiasaan sang adik dan mendapat persetujuan dari seluruh keluarga, akhirnya diputuskan untuk mengurus upaya pergantian kelamin secara medis. Pascamenjalani operasi saat itu, kisahnya, keluarga sempat menggelar syukuran.

Ketika Tribun Jateng menanyakan apakah pihak keluarga tidak pernah memperhatikan jenis kelamin Supriyanti sebelumnya, sang kakak berkilah kalau adiknya sudah mandiri sejak kecil. Menurutnya, sejak kecil, adiknya sudah ditinggal oleh orangtuanya merantau ke Jakarta. "Dia (Supriyanti) selalu mandi sendiri," tutur Kartini.

Sebelum menjalani operasi pergantian kelamin, kata sang kakak, Supriyanti harus melalui beberapa tahapan, misalnya konsultasi, menjalani berbagai macam tes, operasi, dan menunggu kesiapan lainnya.

Menurut lulusan Akademi Sekretaris Manajemen Indonesia, Solo, ini, dokter yang menangani Supriyanti tidak hanya berasal dari Indonesia. Ada yang berasal dari Negeri Kincir Angin, Belanda. "Jadi, kami harus menunggu," imbuhnya.

Ketika ditanyakan secara detail mengenai tahap demi tahap operasi yang telah dilakukan, dia sudah tidak ingat lagi. Yang diingatnya hanyalah proses medis dari awal hingga akhir mengenai upaya pergantian kelamin yang dilakukan adiknya memakan waktu hampir 10 tahun sejak 2003 hingga 2013.

Lamanya proses tersebut disebabkan operasi pergantian kelamin tidak hanya dilakukan satu kali. Yang diingatnya sekitar tiga kali. "Saya tidak tahu prosesnya seperti apa dan tidak ingat berapa kali menjalani operasi. Kan tidak mungkin bisa langsung jadi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com