Sejumlah gedung sekolah tersebut yakni sebuah gedung SMA, tiga gedung SD, dan satu gedung taman kanak–kanak. Saat bendungan jebol, sekolah-sekolah itu ikut dibawa air bah ke laut.
"Sekolah-sekolah tersebut berlokasi tidak jauh dari aliran sungai," kata Ahmad Mahulauw, salah seorang warga Negeri Lima kepada Kompas.com di lokasi kejadian, Kamis sore.
Warga yang sempat menyaksikan detik-detik jebolnya bendungan tersebut menuturkan, Bendungan Wai Ela jebol sekitar pukul 10.00 WIT. Saat itu, permukaan air di bendungan mulai meluap dan akhirnya keluar dari pintu air yang belum rampung dan langsung menjebol bendungan tersebut.
"Kita sempat menyaksikan peristiwa itu beberapa saat karena saat itu saya ada di sana. Setelah itu kita langsung menyelamatkan diri melalui jalan alternatif," ungkap Jamaludin Lautetu.
Dalam peristiwa tersebut, sejumlah warga juga dilaporkan hanyut terbawa derasnya air sungai. Tidak hanya itu, air bah juga membuat permukiman warga di desa tersebut rata dengan tanah dan hanya tersisa beberapa fondasi rumah.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi bencana, tidak semua rumah warga Negeri Lima hancur dan hanyut terbawa air bah. Air bah hanya menyapu rumah–rumah warga yang berada di lokasi tidak jauh dari aliran sungai tersebut sehingga bekas permukiman warga tersebut tampak seperti lapangan yang luas.
Dari data BPBD Maluku, sedikitnya 450 rumah warga hanyut terbawa air bah berserta harta benda warga lainnya. Tim SAR gabungan telah mengevakuasi warga sejak subuh tadi setelah situasi Bendungan Wai Ela dinyatakan berbahaya. Ratusan warga lainnya bahkan sudah mengungsi sejak Rabu (24/7/2013) sore.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.