Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Gunung Merapi Disarankan Naik untuk Peringatan Dini

Kompas.com - 25/07/2013, 01:19 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono menyarankan status Gunung Merapi naik dari Aktif Normal menjadi satu tingkat di bawah Siaga. Usul menaikkan status itu untuk memberi peringatan dini kepada masyarakat, bukan ramalan kapan gunung ini meletus ataupun besarannya.

"Masih Normal mungkin. Saya hanya memberikan saran saja untuk statusnya di bawah Siaga," terang Surono, Rabu (24/7/2013). Dia mengungkapkan saat ini ada gunung api dalam status Siaga yang sudah, sedang, dan berpotensi meletus terus. Gunung-gunung berstatus Siaga yang sudah meletus adalah Gunung Rokatenda, Lokon, Karangetang, dan Gamkonora. Sementara itu, gunung api berstatus Waspada yang sering meletus, sebut dia, antara lain Gunung Semeru, Kerinci, dan Marapi.

Surono menyatakan, kapan sebuah gunung berapi akan meletus, hal itu tidak dapat diramalkan. Peringatan dini, ujar dia, merupakan jembatan antara aktivitas gunung dan masyarakat sekitar gunung itu. "Peringatan dini itu dilakukan agar risiko bencana dapat diturunkan serendah mungkin sehingga (bila benar terjadi letusan akan) minim korban meskipun tidak sampai nol," imbuh dia.

Menurut Surono, peringatan dini juga merupakan mitigasi bencana. Mitigasi ibarat bangunan yang fondasinya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengetahui peningkatan risiko sedini mungkin. "Bukan dilihat, melainkan dihitung. Ini karena kekuatan penggunaan teknologi, bukan apa yang dilihat secara visual. Itu kunci kesuksesan USA dan Jepang dalam hal riset," ungkapnya.

Jepang dan Amerika, imbuh Surono, juga unggul dalam riset kegunungapian karena mereka selalu mencatat perkembangan aktivitas sebuah gunung api. Di kedua negara, kata dia, para ahli tidak perlu mendatangi gunug api, tetapi cukup menggunakan alat yang dipasang di gunung tersebut.

Surono juga mengingatkan, pelatihan untuk masyarakat harus dilakukan secara berkesinambungan. Lagi-lagi, Jepang menjadi contoh dalam hal ini.

Terkait mitigasi bencana, Surono berpendapat bahwa semua pihak harus peduli pada alam. Ia menekankan, ahli, pemerintah, dan masyarakat hanya bagian dari alam, dan bukan penguasa alam. Mitigasi bencana akan kuat jika dipelihara bersama antara para ahli, pemerintah daerah, dan masyarakat. Satu unsur lainnya adalah hal itu dijalankan dengan keindahan hati dan kecerdasan logika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com