Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah Korban Gempa yang Kritis Mulai Membaik

Kompas.com - 09/07/2013, 16:00 WIB
Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Di ruang Jeumpa-2, bocah dengan balutan penuh kain perban di kepalanya itu tampak tertidur lelap. Di sampingnya tampak mendekap seolah tak ingin lepas, sang ibu juga terlihat lelap.

Mereka terlihat begitu lelah setelah melewati masa kritis lebih dari 24 jam. Dia adalah Hafiz Mahardika bayi berusia 14 bulan warga Desa Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.

Hafiz menderita luka berat, bahkan kritis sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh untuk mendapatkan perawatan intensif. Jelang sepekan pascadirawat dan dioperasi, kini kondisi Hafiz mulai membaik.

“Sekarang sudah tidak rewel lagi, sudah bisa tidur nyenyak, namun lukanya masih harus dirawat, bagian dalam kepalanya kita belum tahu, tapi kata dokter perkembangannya menuju ke arah baik,” kata Fitri, sang ibu yang tak pernah pergi dari sisi Hafiz, Selasa (9/7/2013).

Dikisahkan, saat gempa kuat mengguncang Aceh Selasa awal Juli lalu, Hafis sedang digendong neneknya di dalam rumahnya Desa Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.

Saat hendak lari keluar, tiba-tiba rumah ambruk dan sang nenek hanya bisa mencapai teras rumah. Keduanya segera tertimpa atap teras dan darah segar pun keluar dari kepala keduanya.

“Begitu gempa, rumah langsung ambruk. Gempa sangat kuat sekali hentak langsung merobohkan rumah,” kata Fitriani.

Menurut Fitri, saat itu, dia sedang berada di rumah tetangga yang tak begitu jauh. Segera saja Fitriani berlari pulang mencari buah hatinya. Ia dan suaminya Rahmadi (26), mendapati anak mereka telah bersimbah darah dalam gendongan neneknya yang juga menderita luka parah di kepala.  Sang nenek hingga kini masih dirawat di RSU Manyang Kute, Kabupaten Bener Meriah.

Hal yang tak jauh beda juga dialami Romi Aditya, bocah usia 6 tahun yang juga berasal dari Desa Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.  Romi adalah satu dari empat bocah yang selamat dari reruntuhan Mesjid babussalihin, yang ambruk saat gempa mengguncang.

“Saat itu Romi dan tujuh teman lainnya sedang bermain layangan di lantai atas mesjid, kemudian tiba-tiba gempa, dan Romi saat itu sudah tertimpa bangunan rubuh, terutama kakinya dan ia memaksa menarik kakinya hingga terputus,” kenang Suhardi, sang ayah.

Namun Suhardi kini mengaku lebih bersyukur lagi karena anaknya masih selamat dari musibah gempa, meski harus menjalani amputasi. “Syukur kondisnya sekarang sudah semakin baik, tinggal menunggu pemulihan luka, kalau sudah sempurna sembuhnya maka Romi akan dipasangkan kaki palsu,” kata Suhardi.

Sebanyak tujuh korban kritis akibat gempa dirawat di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh. Satu di antaranya meninggal dunia, karena menderita luka parah di bagian kepala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com