Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Pembagian BLSM, Warga di Polman Duduki Kantor Desa

Kompas.com - 05/07/2013, 18:46 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com
- Puluhan warga Desa Tonyamang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menggelar aksi unjuk rasa sambil menduduki kantor desa setempat, Jumat (5/7/2013) siang tadi.

Warga menuntut agar ratusan orang kaya dan pengusaha dicabut dari daftar penerima bantuan sementara langsung masyarakat (BLSM). Sementara ratusan orangtua jompo dan fakir miskin di desa mereka justru tidak mendapatkan santunan apapun dari pemerintah.

Selain menduduki kantor desa, ratusan warga Tonyamang juga sempat menginterogasi kepala desa mereka, Syamsuddin yang dinilai jadi biang karut marutnya pendataan penerima BLSM. Sebelumnya warga yang kecewa ini sempat melakukan aksi bakar ban di depan kantor desa sebagai bentuk protes atas ketidakadilan pendataan BLSM. Namun aksi bakar ban tidak berlangsung lama setelah sejumlah polisi yang berusaha menenangkan mereka.

Mayoritas warga yang berprofesi sebagai nelayan memprotes data penerima BLSM yang dibagikan kepala desa. Alasannya banyak orang kaya dan pengusaha justru mendapat bantuan BLSM yang tak layak mereka terima.

Basri, salah seorang pengunjuk rasa mengatakan, di desanya banyak haji dan juragan ikan terdaftar sebagai penerima BLSM, sementara para orangtua jompo dan fakir miskin, justru tak mendapatkan bantuan apapun. Menurutnya, ketidakadilan pembagian BLSM ini akibat kesalahan pendataan di tingkat lingkungan.

“Saya minta dusun, lingkungan dan kepala desa bertanggungjawab dengan kesalahan pendataan ini,” teriak Basri.

Pendemo lainnya, Hasanuddin mendesak kepala desa bertanggungjawab atas banyaknya bantuan BLSM yang salah sasaran. Kata dia, pengusaha, orang kaya termasuk para haji yang tidak berhak justru namanya tercatat sebagai penerima BLSM. Sedang warga miskin yang cuma menumpang di rumah orang lain bersama istri dan anak-anak mereka, malah tak kebagian.

“Bagaimana mungkin banyak orang kaya, pengusaha justru dapat, sementara kami-kami yang miskin dan sebagian menumpang di rumah orang lain malah tidak dapat, ini kan tidak adil,” protes Hasanuddin di hadapan kepala desanya, Syamsuddin.

Hadaria, orangtua jompo tak mampu lagi bekerja ini hanya bisa mengusap dada ketika ia tahu namanya tidak terdaftar sebagai penerima BLSM. Hadaria kecewa dan sedih karena banyak orang kaya di sekitar rumahnya justru menerima BLSM.

“Saya benar-benar kecewa dan sedih di sekitar rumah saya banyak orang kaya yang dapat, sementara saya yang sudah pincang dan tak lagi mampu bekerja malah tidak kebagian," keluh Hadaria.

Kepala Desa Tonyamang, Syamsuddin yang diinterogasi warga mengaku angkat tangan dan tak tahu menahu soal data BLSM. Pemerintah desa, menurut Syamsuddin, hanya menyalurkan kartu BLSM. Sementara yang menentukan calon penerima bukan kewenangan desa.

Meski kecewa dan tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, pendemo akhirnya membubarkan diri. Mereka mengancam akan menggelar aksi serupa ke kantor DPRD setempat. Mereka mendesak pemerintah untuk melakukan verifikasi ulang calon penerima BLSM. Hal itu dilakukan agar tak ada lagi orang kaya dan pengusaha yang tidak berhak justru terdaftar sebagai calon penerima BLSM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com