Rombongan kepala desa itu datang dari tiga kecamatan yakni Kecamatan Sepuluh, Kecamatan Klampis dan Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan.
Acara yang digelar di Kantor Kecamatan Sepuluh itu nyaris terjadi keributan. Pasalnya massa gabungan kepala desa tidak terima dengan kegiatan sosialisasi itu. Mereka menilai acara tersebut akan merugikan masyarakat nelayan Bangkalan.
Selain itu, acara tersebut pun tanpa ada pemberitahuan sebelumnya kepada para kepala desa. "PT. Pertamina sudah tidak punyak etika dan prosedur. Sebab sama sekali tidak izin kepada kepala desa sehingga kami gabungan kepala desa tiga kecamatan membubarkan sosialisasi," kata Kepala Desa Sepuluh, Suryadi.
Acara yang sebelumnya dirancang bagus, tiba-tiba buyar. Bahkan pimpinan dari PHE WMO dan Camat terlihat kebingungan, karena massa yang sudah duduk rapi di kursi membubarkan diri.
"Kalau memang PHE WMO tidak ada etika niatan baik kepada masyarakat khususnya para nelayan yang jelas dirugikan, maka WMO harus hengkang dari bumi Bangkalan," imbuh Suryadi.
Sementara itu, Moh. Amin, koordinator massa sambil berteriak-teriak di depan pimpinan PHE WMO mengatakan, nelayan menolak pembatasan area tangkapan ikan yang sudah ditempati eksplorasi dan eksploitasi minyak. Sebab, penangkapan ikan sudah dilakukan oleh nenek moyang nelayan secara bebas sebelum adanya eksplorasi.
"Puluhan tahun yang silam tidak ada larangan nelayan mencari ikan di area tertentu. Kenapa saat ini harus ada larangan. Ini artinya Pertamina mau memangkas lahan penghidupan para nelayan," ungkapnya dengan nada marah.
Di samping itu, Amin pun mengecam eksplorasi dan eksploitasi minyak karena sudah jelas merusak mata pencarian ribuan nelayan. Sebab selama ini eksplorasi migas segala keuntungannya hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu. Sementara, nelayan kehidupan semakin miskin.
Perwakilan dari PHE WMO enggan memberikan keterangan terkait dengan pembubaran acara tersebut. Beberapa panitia penyelenggara terkesan saling lempar tanggungjawab. Massa pun langsung pulang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.