Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Terancam Ambruk, Enam Keluarga Enggan Mengungsi

Kompas.com - 22/06/2013, 16:18 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Enam kepala keluarga di Dusun Pancor, Desa Grujugan, Kecamatan Larangan, Pamekasan, Jawa Timur, masih enggan untuk mengungsi dari rumah mereka yang terancam ambruk.

Sebelumnya, pada Jumat (21/6/2013) kemarin, satu rumah milik Fathorrozi, ambruk karena tanah yang ditempatinya ambles dengan kedalaman satu meter.

Buhari, Kepala Dusun Pancor, Sabtu (22/6/2013) mengatakan, warganya enggan mengungsi karena masih belum menemukan tempat yang bisa dijadikan hunian. Padahal keselamatan mereka terancam karena kondisi retaknya tanah sudah semakin meluas.

"Mereka sementara waktu masih memilih bertahan di rumahnya masing-masing. Padahal kami mengkhawatirkan kondisi mereka kawatir tanahnya ikut ambles seperti kemarin," ungkap Buhari.

Saat ini, kondisi rumah keenam keluarga tersebut sebagian sudah ada yang retak-retak meskipun masih belum menyebabkan kerusakan pada bangunan. Namun dengan kejadian ambruknya satu rumah Jumat kemarin, semuanya menjadi waspada.

Sebelumnya, satu rumah milik Fathorrozi ambruk dan terbelah dua setelah tanahnya retak dan ambles. Penyebabnya karena rongga bekas penambangan batu bata yang dilakukan sejak tahun 1930-an, sudah tidak kuat menahan beban.

Di samping itu, kegiatan penambangan yang dilakukan terus menerus hingga kini. Amblesnya tanah di sekitar penambangan sudah mencapai 5 meter dengan panjang keretakan mencapai satu kilometer.

Kegiatan penambangan di Desa Grujugan banyak dilakukan warga yang kemudian dijual untuk bahan bangunan. Kejadian amblesnya tanah dan robohnya rumah sebelumnya juga pernah terjadi pada tahun 1978 silam.

Warga sekitar sudah pernah mengungsi ke dusun lain. Karena kejadian itu sudah mulai hilang di ingatan warga, penambangan batu bata kemudian dilakukan lagi. Bahkan jumlah penambang semakin bertambah dan merembet ke desa yang lain.

Jumlah penambang batu bata sekarang sudah mencapai 17 orang. Pemerintah setempat tidak mampu menghentikan penambang. Alasannya karena para penambang menolaknya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com