Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isolasi Gerakan Lewat Dukungan Publik

Kompas.com - 17/06/2013, 09:04 WIB

KOMPAS.com - Di tengah upaya penindakan gerakan radikalisme dan terorisme yang semakin masif, Kamis (13/6/2013), kepolisian menemukan tempat latihan perang dengan berbagai macam peralatan di Gunung Koroncopu, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah. Tidak bisa dimungkiri, gerakan kelompok-kelompok ini ternyata masih ada dan bahkan terorganisasi.

Rupanya, penindakan secara represif terhadap kelompok radikal dan jaringan terorisme tidak sepenuhnya mampu mematikan. Siapakah sebenarnya kelompok ini dan bagaimana sepak terjang serta usulan penanganannya dibahas dalam wawancara Kompas dengan peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Muhammad Najib Azca, Kamis (13/6/2013), di Yogyakarta. Berikut petikan wawancaranya:

Siapa sebenarnya di balik gerakan radikalisme yang sampai saat ini masih bermunculan di Poso?

Pascakonflik besar di Poso dan Ambon beberapa tahun lalu, sebagian anggota kelompok radikal ada yang menetap dan ada yang pergi. Perbedaannya, di Poso mayoritas kelompok yang berkembang adalah Laskar Mujahidin, sedangkan di Ambon adalah laskar Jihad.

Laskar Jihad berasal dari kelompok Wahabi yang pada dasarnya sebenarnya anti-terorisme. Bahkan, sampai sekarang mereka masih aktif berceramah menentang terorisme. Sementara itu, sebagian anggota kelompok Mujahidin berasosiasi dengan bekas kelompok Jamaah Islamiyah (JI) dan Darus Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Di Poso, gerakan yang terbesar adalah Laskar Mujahidin. Namun, di Ambon pascakonflik Laskar Jihad membubarkan diri setelah muncul fatwa ulama Wahabi. Kalaupun di dua tempat itu masih sering ada aksi, itu hanyalah sisa-sisa.

Jika disebut sisa-sisa, lalu mengapa gerakan mereka sampai saat masih terlihat gencar, bahkan mampu membuat tempat pelatihan militer?

Kelompok-kelompok yang tidak kembali ke kehidupan normal dan belum menerima konsep perdamaian masih merasa diri berada dalam kondisi perang. Memang, pola penyerangan teroris berubah setelah kasus penyerangan kepolisian terhadap markas mereka tahun 2007 dan menewaskan 11 anggota mereka.

Dari peristiwa inilah akhirnya muncul perlawanan perang terorganisasi kepada kepolisian. Pola terorisme yang awalnya menyerang dunia Barat kini berbelok menyerang kepolisian.

Dari mana mereka mendapat pasokan senjata dan amunisi?

Pertama, senjata-senjata dan amunisi itu adalah warisan sisa konflik yang tidak diserahkan kepada pemerintah. Kedua, sangat memungkinkan gerakan ini mendapat suplai senjata dan amunisi dari luar negeri. Bagaimanapun, kondisi pesisir kita masih sangat terbuka sehingga selundupan apa pun bisa masuk dan keluar Indonesia.

Mengapa yang dipilih adalah Poso?

Poso sejak dahulu menjadi tempat favorit karena potensial menjadi basis gerakan jihad di Indonesia. Ini terjadi karena daerah relatif terpencil dan berbukit-bukit. Kondisi ini berbeda dengan Ambon yang daerahnya sempit. Di Ambon, pelatihan justru terjadi di Pulau Seram yang besarnya 10 kali lipat dari Poso. Artinya, daerah-daerah terpencil yang luas dan sulit dijangkau justru menjadi tempat yang dipilih oleh gerakan kelompok radikal dan terorisme.

Bagaimana pola perekrutan yang dilakukan kelompok ini?

Radikalisme dan terorisme adalah fenomena gerakan ideologis yang penanganannya sangat rumit. Sebab, gerakan ini berkaitan dengan ideologi. Pola reproduksi kelompok mereka dengan menggunakan sistem sel. Bahkan, antarsel sering kali tidak saling mengenal satu sama lain. Begitu ada satu yang tertangkap, belum tentu dia mengetahui jaringannya karena sistemnya memang otomatis terputus.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com