Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seusai Operasi Katarak, Wiwin Malah Buta

Kompas.com - 31/05/2013, 15:20 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Sudah sepekan ini Wiwin (48) hanya bisa duduk di tempat tidur bambunya. Jika ingin melakukan aktivitas sehari-hari ia harus dibantu orang lain. Secara fisik, warga Dusun Losari RT 2 RW 2, Kelurahan Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang itu memang masih tampak sehat. Namun, kedua matanya tidak mampu melihat akibat penyakit katarak yang diseritanya beberapa tahun terakhir ini.

Wiwin tidak menyangka, usahanya berobat ke pengobatan gratis yang diadakan Perwakilan Umat Buddha (Walubi) pada Hari Raya Waisak di Borobudur, Kamis (23/5/2013) lalu justru membuat penyakitnya semakin parah. Ditemani putra semata wayangnya, Muhammad Nur Purwanto (18), Wiwin mengungkapkan, sebelum berobat ke Walubi itu, Wiwin masih dapat melihat menggunakan mata sebelah kirinya meskipun kabur. Sedangkan mata kanannya sudah tidak bisa melihat.

Kemudian dia mendengar informasi tentang bakti sosial pengobatan gratis yang diadakan Walubi itu. Dia pun lantas mengajak tetangganya, Suparti, yang juga menderita sakit mata untuk ikut berobat ke sana.

"Mumpung gratis maka kami berobat ke sana. Karena kami tidak punya uang untuk berobat ke rumah sakit," turur wanita asal Jawa Barat ketika ditemui Kompas.com di kediamannya, Jumat (31/5/2013).

Di lokasi bakti sosial, tutur Wiwin, ia dan tetangganya diperiksa dan ditangani oleh dokter Widya. Ketika sudah diperiksa, dokter tersebut mengatakan bawa dirinya menderita katarak dan dianjurkan untuk segera dioperasi. Tanpa pikir panjang, istri Syirot (61) itu pun setuju dan langsung dilakukan tindakan operasi katarak untuk mata sebelah kanannya.

"Keinginan saya waktu itu hanya ingin sembuh. Saya ikuti apa kata dokter, kemudian saya dioperasi," kisahnya.

Pasca-operasi, Wiwin mengaku belum merasakan perubahan yang positif pada penglihatannya. Mata sebelah kanannya tetap tidak dapat melihat, bahkan mata kirinya juga ikut tidak bisa melihat.

"Sebelum ini, mata kiri saya masih bisa melihat meski kabur. Tapi sekarang tidak bisa lihat apa-apa. Hanya gelap. Sekarang juga masih suka sakit dan pegel," ujarnya sambil meneteskan air mata.

Akibatnya, ia kini tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Untuk makan dan minum obat aja dia harus minta tolong anak atau suaminya. Kemudian pada Rabu (29/5/2013) dia ditemani tetangganya, Tari, melakukan pemeriksaan ulang di sekretariat Walubi di kawasan Candi Mendut, Kabupaten Magelang. Di sana Wiwin diperiksa kembali oleh tenaga medis yang bertugas.

"Waktu itu dokter bilang mata saya ada peradangan, pembengkakan serta infeksi. Kata dokter harus dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Sardjito di Yogyakarta yang memliki peralatan lengkap," ungkapnya.

Rencananya, Wiwin akan berangkat ke RS Sardjito Senin (3/6/2013) besok. Beruntung, dirinya dibantu oleh kaur kelurahan setempat untuk mengurus berkas-berkas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sebagai syarat untuk mendapatkan keringanan biaya. Wiwin menuturkan, sebelum berobat ke kegiatan Walubi itu, dia juga pernah berobat ke puskesmas di Dadapan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Namun, lanjut Wiwin, dokter yang memeriksa waktu itu mengatakan matanya masih baik dan belum ada tanda-tanda menderita katarak, sehingga tidak dioperasi.

Namun makin hari penglihatan Wiwin semakin memburuk. Namun, ia hanya bisa pasrah karena tidak mampu untuk berobat akibat terkendala biaya. Untuk kebutuhan sehari-hari keluarga, dirinya hanya mengandalkan suaminya yang berjualan cilot keliling. Kondisi itulah yang membuat mereka hanya mampu menyekolahkan putranya sampai SMP.

"Penghasilan suami sehari-hari tidak tentu, kalau jualan habis bisa bawa pulang Rp 20 - 25 ribu per hari. Tapi kalau tidak laku ya tidak bawa pulang uang," ujarnya menyeka air mata.

Nasib malang juga dialami Suparti (52), tetangga Wiwin yang juga turut berobat ke pengobatan gratis Walubi. Kedua matanya tiba-tiba tidak bisa melihat justru sebelum sampai ke lokasi pengobatan gratis di Borobudur.

Suparti menceritakan, mata sebelah kirinya memang sudah tidak bisa melihat sejak enam bulan lalu. Namun, mata kanan masih dapat melihat dengan baik. Dirinya dan Wiwin lantas berangkat bersama ke Borobudur menggunakan angkutan umum. Kemudian sampai di terminal Borobudur, tiba-tiba mata sebelah kanannya tidak bisa melihat.

"Turun dari angkutan tiba-tiba gelap. Saya tidak bisa melihat apa-apa. Saya pun terjatuh. Lantas ditolong oleh tukang ojek dan diantar ke lokasi bakti sosial bersama-sama Wiwin," kisahnya.

Di lokasi bakti sosial, lanjut ibu lima anak itu, dokter menyampaikan bahwa dirinya tidak menderita Katarak namun mengalami gangguan syaraf. Oleh dokter kemudian hanya diberi obat tetes mata dan vitamin. Karena terkendala biaya, dirinya pun hingga kini tidak melakukan pengobatan secara medis di rumah sakit. Dirinya hanya mengandalkan pengobatan alternatif di sekitar rumah tinggalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com