Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mukomuko Kehilangan 5 Komoditas Perkebunan

Kompas.com - 29/05/2013, 23:10 WIB

MUKOMUKO, KOMPAS.com - Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, dalam beberapa tahun terakhir kehilangan sedikitnya lima komoditas perkebunan, akibat tingginya alih fungsi lahan untuk tanaman sawit.

"Daerah kami kehilangan lima komoditas yakni kelapa, kakao, cengkih, kulit manis, dan kopi, akibat lahannya digunakan untuk tanaman sawit," kata Kabid Perkebunan, Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko, Budi Yanto, di Mukomuko, Rabu (29/5/2013).

Sebelumnya, ungkap Budi, lima komoditas perkebunan tersebut tumbuh subur merata di semua daerah, dan menjadi mata pencaharian utama petani. Seperti tanaman kelapa, semula mendominasi sepanjang pesisir mulai dari Kecamatan Air Rami hingga Lubuk Pinang. Kopi terdapat di Kecamatan Teras Terunjam, Selagan Raya, dan Kecamatan Pondok Suguh.

Sementara engkih banyak dibudidayakan di Kecamatan Teras, Pondok Suguh dan Lubuk Pinang. Kemudian kakao atau cokelat menjadi tanaman utama petani di Kecamatan Pondok Suguh, Teras Terunjam dan sekitarnya. Kulit manis dan kopi tumbuh subur di wilayah jauh dari laut di daerah itu, seperti di Kecamatan Selagan Raya dan Teras Terunjam.

Kendati demikian, pihaknya tidak memiliki data luas perkebunan lima komoditas yang hilang tersebut, mengingat arealnya tidak berada dalam satu hamparan, dan tidak mungkin didata karena tanamannya sudah hilang dalam beberapa tahun terakhir.

Budi Yanto menjelaskan, lima komoditas perkebunan itu hilang sejak tanaman sawit masuk. Saat itu harga buah sawit tinggi, sehingga mendorong petani beralih budidaya, meninggalkan lima komoditas itu.

Selain itu, lanjutnya, harga lima komoditas tersebut kalah bersaing dengan tandan buah segar (TBS) sawit.

Ia menerangkan, meskipun lima komoditas itu telah hilang, petani kebun sawit diharapkan tetap mencari komoditi alternatif di dalam kebun sawitnya, agar saat TBS sawit rendah mereka tetap bisa menikmati penghasilan dari budidaya lain.

"TBS sawit harganya tidak selalu tinggi dan masa produksinya sampai 25 tahun. Petani sebaiknya menyiasati dengan tumpang sari jenis tanaman kayu. Dengan demikian setelah masa produksi sawit habis, petani bisa jual komoditi kebun lainnya," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com