Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Da'i Bachtiar Bicara Empat Mata dengan Imam Samudra

Kompas.com - 16/05/2013, 19:08 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Keberanian dengan sedikit rasa takut menyelimuti benak Jenderal (Purn) Da'i Bachtiar, Kapolri tahun 2001-2005, saat bertatap muka dengan salah satu gembong teroris Bom Bali, Imam Samudra. Imam saat itu ditangkap Pandeglang, Banten.

Da'i menceritakan, awalnya Imam sudah dua hari enggan memberi keterangan kepada penyidik. Imam tutup mulut atas rencana aksi terornya dan orang-orang yang terlibat. Bahkan, saat polisi bertanya tentang namanya, Imam bungkam.

Da'i kemudian menyempatkan diri bertemu Imam di ruangan Polres Pandeglang, tempat Imam diinterograsi. Akhirnya, di ruangan Polres Pandeglang itu, mereka duduk berhadapan, berbicara empat mata.

"Saya hanya berhadapan dengan Imam berdua. Sempat khawatir jiwa saya terancam," kata Da'i, saat menghadiri paparan Polri soal terorisme di Indonesia, di Jakarta Selatan, Rabu (15/5/2013).

Mulailah percakapan empat mata yang berlangsung dingin tersebut. Imam mengawali pembicaraannya dengan bertanya pada Da'i. "Anda Da'i Bachtiar?" tanya Imam yang ditirukan Da'i.

"Iya. Kok, Anda tahu siapa saya?" jawab Da'i.

Menurut Da'i, Imam mengaku mengenalnya lewat pemberitaan di media massa yang gencar setelah bom Bali. Imam rupanya menyimpan foto Da'i dan polisi lainnya di laptopnya.

"Jadi foto saya ada di laptopnya. Bukan saya saja, ada banyak juga yang lain," terang Da'i.

Kemudian, Imam pun kembali bertanya, "Apa Bapak Muslim?"

Da'i pun menjawabnya sembari bercanda. "Dari nama saya saja Da'i, Anda pasti sudah tahu jawabannya," jawab Da'i kepada Imam.

Setelah itu, Imam mulai terbuka kepadanya. Bahkan Imam becerita banyak mulai dari kisah masa kecilnya hingga merencanakan bom Bali.

"Jadi di sini kita harus membangun trust (kepercayaan)," terang salah satu pencetus didirikannya Detasemen 88 Antiteror Polri itu.

Trio bom Bali, Imam, Amrozi, dan Mukhlas telah divonis mati dan telah dieksekusi pada 2008.

Da'i juga memiliki pengalaman tatap muka bersama Mukhlas di Mapolda Bali. Menurut dia, Mukhlas saat itu justru menyampaikan terima kasih karena polisi telah memperlakukannya dengan manusiawi. Namun, Mukhlas kemudian berbicara kepada Da'i akan adanya jaringan baru.

"Nanti buktikan saja, kalau di dunia ini ada ketidakadilan kepada Muslim dan bila saya mati maka akan ada ribuan Mukhlas baru," kata Da'i, menirukan ucapan Mukhlas.

Dengan berkembangnya jaringan teroris baru saat ini, Da'i jadi teringat ucapan Mukhlas kala itu. "Mungkin perkataan itu yang saat ini benar terjadi," katanya.

Teroris menyebar isu adanya ketidakadilan kaum Muslim dan membela dengan jalan jihad menurut paham mereka. Peristiwa yang terjadi kepada Muslim di Jalur Gaza, Palestina, hingga komunitas Rohingya di Myanmar merupakan peristiwa yang selalu diikuti. Mereka pun melempar isu dalam negeri di daerah rentan konflik, seperti Poso dan Ambon.

"Tidak usah jauh-jauh di luar negeri. Di dalam negeri dalam peristiwa Poso dan Ambon, melempar isu pemerintah berpihak (pada non-Muslim)," ujar pria kelahiran Indramayu, Jawa Barat, itu.

Untuk itu, terang Da'i, kepolisian harus bersinergi dengan semua pihak melakukan pencegehan terbentuknya jaringan baru teroris yang kini banyak masuk di kalangan anak muda. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com