Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Kenaikan BBM Merugikan Rakyat

Kompas.com - 14/05/2013, 17:09 WIB
Winarto Herusansono

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Wacana kenaikan bahan bakar minyak yang digulirkan pemerintah telah merugikan rakyat.

Pasalnya, rakyat sudah terbebani harga-harga yang melonjak lebih dulu, sebelum BBM jadi naik di kisaran harga Rp 6.000 per liter dari Rp 4.500 per liter.

Warga di Kelurahan Lamper Kidul, Kota Semarang, Jawa Tengah; Riyani; pada Selasa (14/5/2013) menuturkan agar soal kenaikan harga BBM segera diputuskan.

Silakan naik supaya rakyat ada kepastian.

"Ini soal harga-harga sembako sudah naik duluan. Gula pasir lokal naik Rp 13.500 per kilogram, dari semula Rp 11.500 per kilogram. Telur juga sudah naik jadi Rp 20.000 per kilogram di lokal eceran," kata Riyani, yang juga wiraswasta ini.

Keluhan soal harga sembako mendahului kenaikan dibanding harga BBM, menjadi keluhan sehari-hari masyarakat kelas bawah.

Warga lain, Supito, di Kelurahan Tandang, Semarang, menyebutkan, beras medium juga sudah naik pada akhir April 2013 meskipun pemerintah menunda kenaikan harga BBM.

Beras medium sudah naik Rp 300-Rp 600 per kilogram. Sebagai tenaga buruh serabutan di perkotaan, Supito menyatakan, penghasilannya tidak banyak.

Sehari mendapatkan uang Rp 75.000 itu baginya sudah semakin susah. Kadang Supito hanya bisa membawa pulang Rp 40.000 setelah dikurangi membeli nasi rames untuk makan siang.

"Dengan harga beras yang lebih dulu naik itu, jatah beras yang mestinya 15 kilogram bisa untuk sebulan kini hanya cukup membeli 10 kilogram setelah harga sudah naik duluan," ujarnya.

Beberapa pedagang sayuran keliling menyebutkan, sayuran kangkung terpaksa juga naik karena ongkos angkutan sayuran naik.

Pedagang eceran tinggal mengikuti perkembangan harga di pasaran. Kalau pemerintah jadi menetapkan harga BBM naik, tentunya harga-harga bahan kebutuhan pokok dan sayuran akan naik lagi setelah harga BBM naik oleh keputusan pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com