Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Santuni Korban Tewas dan Luka di Latgab TNI

Kompas.com - 06/05/2013, 07:03 WIB

SITUBONDO, KOMPAS.com — Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, akan memberikan santunan kepada korban ledakan sisa amunisi Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 di Pusat Latihan Tempur Marinir Karangtekok. Dua orang tewas dan empat lainnya terluka akibat ledakan tersebut.

"Bupati Dadang Wigiarto bertandang ke rumah duka dan memberikan santunan, namun nilainya saya tidak tahu," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbonodo, Zainul Arifin, Minggu (5/5/2013). Menurut dia, BPBD juga akan memberikan bantuan kepada keluarga korban kejadian nahas itu, tetapi tidak menyebutkan nilai bantuan yang akan diberikan.

Mengenai kejadian tersebut, Zainul mengimbau warga di dekat areal latihan agar mematuhi larangan masuk ke lokasi latihan yang diberlakukan oleh TNI. "Prosedur tetap di TNI itu berlaku ketat karena kalau dilanggar akan betul-betul berbahaya. Karena itu, warga jangan main-main dengan daerah larangan itu agar kejadian meninggalnya dua warga tidak terulang kembali," katanya.

Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul menegaskan bahwa tempat latihan gabungan TNI itu merupakan daerah terlarang. "Namun, kami turut berbelasungkawa dan akan memberi santunan kepada keluarga korban," katanya di Jakarta, Sabtu (4/5/2013) malam.

Dua warga Desa Blangguan, Asembagus, Situbondo, Syukur (35 tahun) dan Untung (35 tahun), meninggal dunia akibat ledakan sisa bahan peledak di Pusat Latihan Tempur Marinir, Sabtu (4/5/2013) pagi. Akibat ledakan yang sama, empat warga lainnya terluka. Keenam warga memasuki bangunan tak permanen yang menjadi tempat simulasi serangan tempur TNI Angkatan Udara.

Keenam warga diduga memasuki bangunan itu untuk mencari selongsong peluru. Iskandar mengatakan, TNI masih melakukan penyelidikan atas insiden dalam latihan tempur yang dibuka dan disaksikan oleh Presiden tersebut. Iskandar mengatakan, TNI masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kejadian itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com