Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibuka, Prodi Baru Elektro Pelayaran

Kompas.com - 02/05/2013, 12:37 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Politeknik Pelayaran Surabaya membuka program studi (prodi) baru, Elektro Pelayaran. Prodi ini terbilang baru, dan merupakan satu-satunya prodi di lingkungan dunia pendidikan pelayaran di Indonesia.

Elektro Pelayaran menambah jumlah prodi yang ada di Politeknik Pelayaran Surabaya, dari dua prodi yang ada, yakni Program Teknika dan Nautika. ''Prodi ini untuk menjawab tantangan kebutuhan pasar tenaga pelayaran dalam konteks internasional,'' kata Mugen Sartoto, Kepala Seksi Pendidikan, Politeknik Pelayaran Surabaya, Kamis (2/5/2013).

Kata dia, salah satu poin dalam amandemen Manila 2010 yang berlaku sejak awal 2012 adalah kewajiban adanya perwira dalam urusan teknik elektro. "Selama ini, urusan elektronik kapal masih dipegang oleh tenaga yang belum memiliki kemampuan spesialis, padahal tenaga tersebut sangat dibutuhkan dalam pelayaran niaga maupun non niaga," ujarnya.

Penambahan prodi itu, kata Mugen, adalah agenda utama Politeknik Pelayaran Surabaya setelah resmi berubah dari status sebelumnya yakni, Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Surabaya sejak Februari lalu. ''Selain mencetak lulusan D3, kami juga agendakan prodi untuk jenjang D4 hingga pascasarjana,'' terangnya.

Dia berharap, perubahan status BP2IP menjadi politeknik akan semakin menarik minat masyarakat untuk menjadi pelaut profesional, mengingat kebutuhan pelaut nasional maupun internasional sangat tinggi menyusul meningkatnya arus tata niaga internasional serta menjamurnya perusahaan pelayaran niaga. Kata dia, setiap tahun dibutuhkan puluhan ribu tenaga terdidik untuk mengisi kekosongan tenaga pelayaran.

Di Indonesia, dari delapan UPT Kemenhub seperti BP3IP, STIP, Makasar, Aceh, Barombong, dan Semarang, setiap tahunnya hanya mencetak sekitar 1.500-2.000 lulusan siap pakai. "Jumlah itu belum memenuhi kebutuhan internasional maupun dalam negeri yang mencapai sekitar 80.000 per tahun," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com