Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehabisan Solar, Sopir Bus Menginap di SPBU

Kompas.com - 24/04/2013, 11:31 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

SUMENEP, KOMPAS.com — Kelangkaan solar di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, membuat aktivitas angkutan barang dan jasa tersendat, di antaranya bus angkutan kota dalam provinsi (AKDP) yang harus mengurangi jadwal angkutan penumpang karena kehabisan solar.

Untuk mendapatkan jatah solar subsidi, para sopir bus rela menginap di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Hermanto, sopir bus jurusan Sumenep-Surabaya, mengantre solar sejak Selasa (23/4/2013). Meskipun mengantre sepanjang hari, dia tidak kebagian solar. Mau tidak mau, dia harus menginap di SPBU.

"Kalau tidak nginap, sudah pasti tidak kebagian solar karena sopir-sopir yang lain juga antre dan juga nginap di pom bensin," terangnya, Rabu (24/04/2013).

Menurut Herman, sejak empat hari lalu, kelangkaan solar sudah dirasakan para sopir bus, truk, mobil pikap, dan angkutan lainnya. Di SPBU Wira Usaha Sumekar, terlihat antrean panjang bus-bus AKDP dan sejumlah bus pariwisata. Selain itu, antrean minibus dan mobil pikap mengular hingga keluar SPBU.

Karena itu, Herman tidak pernah memarkir busnya di terminal, melainkan di SPBU. "Penumpang saya turunkan semua baru parkirnya di pom bensin," imbuhnya.

Hal senada dikatakan Samhudi, pemilik mobil pikap berbahan bakar solar. Dia mengaku tidak bisa bekerja normal sejak solar sulit didapatkan. "Pemerintah ini kerjanya apa? Orang mau beli saja dipersulit, apalagi mau ngutang. Kelangkaan solar ini baru terjadi sekali ini di Madura," katanya.

Menurut Samhudi, selama 18 tahun menjadi sopir, dia tidak pernah mengalami kesulitan mendapatkan solar meskipun ada kenaikan harga. "Meskipun harga naik, dulu tidak ada kelangkaan solar seperti sekarang ini," kata dia dengan nada kesal.

Ditemui secara terpisah, Abdul Ghafur, bagian penerimaan tangki di SPBU Gedungan, Kecamatan Kota Sumenep, mengatakan, jatah solar dari Pertamina untuk SPBU dipangkas. Biasanya, pihaknya mendapat jatah 8.000 liter setiap hari. Namun, sekarang dia hanya mendapat kiriman tiga kali dalam seminggu.

"Bagaimana tidak kekurangan solar kalau jatahnya dikurangi lebih dari separuh," ungkap Ghafur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com