Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Irigasi Subak Direbut PDAM

Kompas.com - 23/04/2013, 09:25 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Air irigasi dalam sistem pengairan tradisional bidang pertanian di Bali (subak) sejak beberapa tahun lalu direbut oleh perusahaan daerah air minum (PDAM), untuk kebutuhan air irigasi maupun untuk kepentingan sektor pariwisata.

"Kondisi itu diperparah dengan saluran irigasi yang rusak di bagian hulu, akibat dipatok untuk pengurusan sertifikat lahan sawah yang beralih fungsi di bagian hulu," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana, Prof Dr I Wayan Windia, di Denpasar, Selasa (23/4/2013).

Ia mengatakan, kondisi itu menyebabkan para petani menjadi enggan untuk bertani, dan mereka merasa lebih nyaman untuk menjual lahan sawahnya.

Dalam lima tahun terakhir, lahan pertanian yang beralih fungsi di Bali mencapai sekitar 5.000 hektar atau setiap tahunnya 1.000 hektar.

Windia menambahkan, dalam proses jual-beli sawah dan pemasangan patok BPN, pihak subak sama sekali tidak  dilibatkan sebagai saksi.

Dengan demikian pihak BPN seenaknya mematok saluran irigasi subak. Sementara pihak notaris (PPAT) juga tidak melibatkan pimpinan subak sebagai saksi.

Jika lahan sawah di Bali semakin berkurang dan air irigasi sangat sulit, itulah ciri bahwa sistem subak yang diwarisi secara turun temurun sejak ribuan tahun silam akan ambruk.

Kondisi itu diperparah lagi dengan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang sangat "mencekik", sehingga petani yang mempunyai lahan di tempat-tempat strategis tidak mampu membayar PBB. Akibatnya, sebagai solusi terakhir petani menjualnya kepada orang lain untuk kepentingan di luar pertanian.

Oleh sebab itu, kata Windia, Universita Udayana telah membuat proyek percontohan dalam melestarikan sawah dan sistem pengairan tradisional dalam bidang pertanian di Subak Lodtunduh, perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar.

Sebanyak 70 petani yang memiliki lahan sawah sekitar 30 hektar itu memiliki perilaku dan keteguhan untuk tidak menjual sawah, jika nantinya untuk kepentingan di luar pertanian.

Seluruh petani tidak menjual sawah milik mereka. Kalaupun terpaksa menjualnya, harus ada kesepakatan fungsi sawah itu tetap dipertahankan dan dijamin tidak beralih fungsi.

Ia menegaskan, jika seluruh petani Bali mempunyai tekad dan pendirian yang kuat seperti petani di subak Lodtunduh, Ubud, maka subak di Bali ke depan akan tetap kokoh dan eksis di tengah perkembangan dan persaingan ekonomi Bali yang sangat ketat.

Sumber: Antara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com