Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di Lampung Beralih ke Singkong

Kompas.com - 17/04/2013, 20:12 WIB
Yulvianus Harjono

Penulis

SUKADANA, KOMPAS.com -- Sejumlah petani di Provinsi Lampung beralih menanam singkong menyusul makin tingginya harga jual komoditas ini. Lampung merupakan produsen singkong terbesar di Indonesia dengan produksi hingga 9 juta ton per tahun.

Berdasarkan pantauan di sejumlah kawasan sentra pertanian di Lampung, antara lain Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Timur, Rabu (17/4/2013), lahan pertanian warga makin didominasi tanaman singkong. Singkong menggusur komoditas andalan lainnya, seperti jagung, kakao, dan pisang.

Sukidi (49), petani di Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten Lampung Timur, mengatakan bahwa komoditas singkong tengah naik daun karena harganya yang stabil, bahkan terus naik. "Di sini makin banyak petani yang menggusur tanaman lada dan coklat yang kena penyakit, lalu beralih ke singkong," tuturnya.

Selain cepat dipanen, yaitu hanya delapan bulan, singkong banyak dipilih petani karena modalnya tidak terlalu besar jika dibandingkan komoditas lain. Modal untuk tanaman singkong per hektar adalah sekitar Rp 4 juta. Sementara, petani bisa mendapatkan keuntungan setidaknya Rp 15 juta.

"Harga singkong sekarang lagi bagus, bisa mencapai Rp 950 per kg. Beberapa bulan lalu, masih Rp 750 per kg. Berapa pun hasil panen, dibeli pabrik tapioka," kata Marpai (42), petani di Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur, yang memiliki 0,5 hektar are lahan singkong.

Sejumlah petani bahkan mulai menanam singkong organik. Purwanto (37), petani singkong di Lampung Utara, mengatakan bahwa penggunaan pupuk bio organik bisa meningkatkan hasil panen hingga empat kali lipat. "Dengan pupuk bio organik menggunakan Organox dan Hormax, hasil panen singkong saya bisa mencapai 68 ton per ha. Padahal, sebelumnya hanya 22 ton. Potensi panen ini bisa terus ditingkatkan, hingga mencapai 90 ton," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com