Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru Ikut UN, Siswa Tunarungu Sudah Diminta Perusahaan

Kompas.com - 15/04/2013, 12:51 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Tiga siswa di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa B (Tuna Rungu) Widya Bhakti Semarang mengikuti ujian nasional (UN) pada Senin (15/4/2013). Ketiga siswa tersebut, dua perempuan dan satu siswa laki-laki, mengikuti ujian hari pertama dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Baru mengikuti UN hari pertama, kedua siswa, terutama yang perempuan, sudah diminta untuk bekerja di sebuah perusahaan jamu di Semarang. Bahkan, permintaan itu sudah sejak UN belum diselenggarakan. "Tahun ini permintaannya 10 orang untuk tenaga kerja, tapi yang ikut ujian nasional saja hanya dua siswa perempuan, ya nanti dua itu yang bisa direkrut," ujar Suhartono, guru bidang keterampilan di sekolah tersebut.

Suhartono mengatakan, perusahaan itu memang hanya membutuhkan tenaga kerja perempuan. Alumni sekolah tersebut sebagian besar bisa bekerja, bahkan sebelum mendapat ijazah.

Menurut Suhartono, setiap tahunnya sekolah kewalahan memenuhi permintaan sejumlah perusahaan tersebut. "Meski mereka punya keterbatasan, tapi mereka mudah diterima di perusahaan bahkan memiliki prestasi yang bagus. Ada juga alumnus kami jadi karyawan teladan di perusahaan tempatnya bekerja," ujar Suhartono.

Siswa laki-laki biasanya akan bekerja di perusahaan suku cadang kendaraan pada bagian poles dan bor, sedangkan siswa perempuan banyak yang diterima di bagian pelabelan perusahaan jamu.

Keberhasilan anak-anak dalam bersaing dengan mereka yang tanpa keterbatasan fisik menjadi kebanggaan tersendiri bagi pengajar. "Ada juga alumni di sini yang bekerja belum genap satu tahun gajinya sudah di atas UMK dan naik posisi sebagai quality control. Itu membuktikan jika mereka bisa mandiri dan bisa menjadi yang terbaik," ungkap Suhartono.

Anak-anak seperti mereka, ungkap Suhartono, biasanya lebih rajin dan teliti. Oleh karenanya, perusahaan akan senang mempekerjakannya. Seperti halnya yang bekerja di bagian poles, orang normal akan diberi target sehari menyelesaikan 400 suku cadang. Namun, salah satu siswanya mampu mengerjakan 1.000 buah setiap harinya.

Terkait dengan komunikasi, Suhartono mengatakan tidak ada kesulitan bagi siswanya. Sebab, mereka sudah diajarkan membaca bahasa bibir sehingga akan mempermudah komunikasi dengan teman kerja ataupun atasannya. "Sejak tahun 2000-an memang banyak perusahaan yang sudah minta tenaga kerja dari kami," kata Suhartono.

Kurikulum di SLB memang berbeda dengan sekolah umum. Suhartono mengatakan, pihaknya lebih menekankan para ketrampilan. Dengan demikian, nantinya para siswa bisa lebih mandiri, baik melalui perusahaan maupun membuka lapangan kerja sendiri. "Saya berharap yang sekarang ini lulus semua dan segera mendapatkan pekerjaan," kata Suhartono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com