Jakarta, Kompas -
Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Minggu (14/4) pukul 06.00-12.00, terpantau dua kali gempa berfrekuensi rendah di sekitar Kawah Timbang. Kepala Pos Pengamatan Gunung Dieng Tunut Pujiharjo menyatakan, dari Kawah Timbang masih keluar asap putih tipis-tebal dengan tekanan lemah, setinggi 50-100 meter dari permukaan tanah.
Bau belerang tidak tercium pada jarak 1.000 meter arah barat dan 1.500 meter arah selatan dari Kawah Timbang. Pengukuran gas beracun pada 5-10 meter dari Kawah Timbang tidak terdeteksi adanya gas beracun.
Pemantauan di Kawah Sileri pada pukul 08.05 menunjukkan, asap putih tipis bertekanan lemah hingga 5-15 meter. Warna air kawah kelabu tua dan volume air sedikit dengan tinggi bualan 0,2 meter. Suhu air kawah dilaporkan 51,9 derajat celsius, derajat keasaman air 5,42, dan suhu udara 23,6 derajat celsius.
Surono mengatakan, sekalipun konsentrasi karbon dioksida (CO
Namun, kata Surono, konsentrasi CO
Di sisi lain, menurut Surono, PVMBG tidak bisa menutup mata dengan kenyataan banyaknya buruh petani yang nekat menerobos zona bahaya karena mereka bergantung pada pendapatan harian. ”Saya terapkan win- win solution, warga boleh beraktivitas dalam radius 1.000 meter dari Kawah Timbang,” katanya.
Beberapa syaratnya, tidak ada gempa vulkanik dalam 6 jam terakhir yang dapat memicu keluarnya gas beracun. Matahari bersinar terik di sekitar Kawah Timbang. Pada saat beraktivitas dalam radius 1 kilometer, tiba-tiba ada gempa vulkanik, petani harus segera menyingkir.
”Aktivitas harus didampingi tim ahli dengan tabung oksigen dan alat pengukur gas. Bila tim menyatakan, harus segera meninggalkan radius bahaya, masyarakat harus mengikuti,” katanya.
Keputusan ini diambil Surono setelah Kamis dan Jumat datang ke Dieng untuk memantau situasi.