Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliahkan Dua Anak dari Kue Putu

Kompas.com - 14/04/2013, 15:42 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Usia bukanlah penghalang bagi Toto Tarumi (74) untuk mencari nafkah buat keluarganya. Ayah empat orang anak asal Brebes, Jawa Tengah, yang saat ini menetap menjadi warga kelurahan Benpasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, sehari-hari bekerja sebagai penjual keliling kue putu. Dari hasil menjual kue putu itu, Toto mampu menyekolahkan dua orang anaknya hingga bangku kuliah.

Anak pertamanya, Burhan Hasan (27) saat ini kuliah di Universitas Timor (Unimor) Kefamenanu, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi Bahasa Indonesia semester enam. Sedangkan anak keduanya, Nyongki Leo Tapisah (23) juga kuliah di universitas dan fakultas yang sama, tapi mengambil program studi Matematika, semester enam juga. Dua anaknya yang lainnya masing-masing Rahayu Febriani (12) dan Suryanti Bulan Bintang (10) masih duduk di bangku SD kelas IV dan VI.

Toto yang beristrikan Erna Banoet (52) wanita asli Timor Tengah Selatan (TTS) itu menggeluti usaha jualan kue putu sejak tahun 1980 sejak dia datang dari tanah kelahirannya ke pulau Timor. Kabupaten Kupang menjadi tempat pertama Toto berjualan kue putu dari tahun 1980 sampai 1982, selanjutnya dia mulai pindah ke wilayah timur pulau Timor yakni Kabupaten TTS, TTU dan Belu. Bahkan pada tahun 1991 Toto sempat mencari keberuntungannya di Propinsi Timor Timur (sekarang Negara Timor Leste, red) hingga tahun 1999 saat jajak pendapat. Namun akhirnya Toto memilih kembali ke Indonesia dan menetap di Kabupaten TTU sampai saat ini.

Toto barangkali satu-satunya penjual kue putu di Kabupaten TTU sehingga dagangannya selalu laris. Sejak keluar rumah sekitar pukul 17.00 Wita, pembeli langsung menyerbu karena rasa kuenya yang unik di lidah masyarakat setempat. Bunyi suitan yang keluar dari tabung bambu wadah kue putu menjadi penanda bahwa Toto hadir dengan gerobaknya.

"Sehari-hari saya keluar rumah pukul 17.00 Wita dan kembali ke rumah pukul 24.00 Wita tengah malam. Untuk pemasukan kotor semalam tergantung sih, antara Rp 180.000 sampai Rp 200.000 sementara pemasukan bersihnya Rp 40.000 sampai Rp 50.000. Ya pemasukan itu untuk membiayai kebutuhan sehari hari dan sisanya untuk biaya kuliah dua orang anak saya," kata Toto, saat ditemui Kompas.com di depan perumahan DPRD, Sabtu (13/4/2013) malam.

Toto mengatakan awal dirinya merantau, targetnya ingin menjadi sukses, namun ternyata kondisi ekonominya tidak juga mengalami perubahan, sehingga dia mengharapkan anak-anaknya kelak bisa hidup sukses seperti impian saat dia pertama kali merantau. "Sampai saat ini saya belum pulang ke kampung halaman saya di Jawa karena cita-cita awal saya merantau yakni untuk sukses belum tercapai. Karena itu saya bekerja keras untuk sekolahkan anak biar kelak ketika mereka sukses nanti, kami bisa sama-sama berlibur ke Jawa," ujar Toto.

Toto yang sudah pasrah dengan kondisinya saat ini, berniat ingin menghabiskan sisa hidupnya di tanah perantauan, meski dalam hati kecilnya berharap untuk kembali ke kampung halamannya di Brebes. "Kalau untuk pulang ke Jawa memang bagi saya beban berat karena ekonomi, sehingga saya akan menghabiskan sisa hidup saya di tanah Timor ini. Bae sonde bae tanah Timor lebe bae," ujar Toto dengan dialek Timor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com