Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sahabat Sungai Susuri Sungai Brantas

Kompas.com - 13/04/2013, 18:09 WIB
Dahlia Irawati

Penulis

MALANG, KOMPAS.com -- Kondisi daerah aliran Sungai Brantas mulai dari hulu hingga hilir terus memburuk dari waktu ke waktu. Kerusakan di sepanjang Sungai Brantas, sebagai sungai utama di Jawa Timur tersebut, dinilai mengancam kelangsungan hidup 14 juta jiwa warga Jawa Timur.

Demikian data awal Sahabat Sungai Indonesia sebelum melakukan susur Sungai Brantas dari Malang hingga Surabaya, Sabtu (13/4/2013). Susur sungai yang berlangsung hingga 18 April tersebut dilakukan di air (sepanjang sungai) serta di darat (memantau daerah resapan air di kawasan Sungai Brantas). Mereka menyusuri Sungai Brantas untuk membuktikan temuan-temuan awal mereka akan kerusakan daerah aliran sungai (DAS) tersebut.

"Kondisi DAS Brantas memburuk dari hulu hingga hilir. Di bagian hulu, yaitu di Kota Batu, kami mencatat semakin hilangnya sumber-sumber dan mata air yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk irigasi dan minum. Di hilir dan tengah terjadi pencemaran oleh industri," ungkap Koordinator Sahabat Sungai Indonesia, Catur Nusantara, Sabtu (13/4/2013) di Malang.

Menurut Catur, di daerah tangkapan air kawasan DAS Brantas (meliputi Gunung Wilis, Arjuno, Kelud, Welirang, dan Semeru Barat) mulai tahun 1998-2007 terus terjadi kehilangan sumber-sumber air. Dari awalnya terdapat 421 titik mata air, kini hanya tersisa 221 titik mata air.

Di Kota Batu khususnya, sebagai kawasan atas atau hilir dari Sungai Brantas hanya tersisa 58 mata air dari 111 mata air yang ada sebelumnya. "Jika mata air untuk minum dan irigasi ini terus terkikis, maka masyarakat akan kesulitan air. Lama-kelamaan masyarakat akan membeli untuk mendapatkan air. Ini suatu bencana," tutur Catur.

Selain persoalan daerah resapan air, Catur menuturkan bahwa DAS Brantas juga mengalami pencemaran. Selain karena limbah rumah tangga, pencemaran juga dimungkinkan berasal dari industri yang berlokasi di sepanjang Sungai Brantas. Sahabat Sungai Indonesia mencatat 1.054 pabrik di sepanjang Sungai Brantas, 40 di antaranya berpotensi mencemari sungai dengan kapasitas limbah 330 ton per hari.

"Tipologi pencemaran ini bermacam-macam mulai dari membuang limbah pada malam hari, instalasi pengolahan limbah tidak diopoerasikan rutin, atau pipa limbah ditanam di dasar sungai," ungkap Catur.

Anton Novenanto, dosen Sosiologi Lingkungan Universitas Brawijaya Malang yang turut menyusuri Sungai Brantas mengatakan, susur sungai juga dilakukan di daratan karena perkembangan di darat juga mempengaruhi perkembangan di air. Misalnya saja jika daerah di atas sungai gundul, lalu terjadi erosi, maka erosi di atas tersebut akan menyebabkan sedimentasi di bawah (di sungai).

"Sedimentasi sudah jelas mengganggu alur sungai. Dampak negatifnya antara lain mudah terjadi luapan sungai yang menyebabkan banjir," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com