Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahan Baku Pakan Ikan Patin Minim

Kompas.com - 08/04/2013, 19:20 WIB
Irma Tambunan

Penulis

MUARO JAMBI, KOMPAS.com - Peningkatan produksi patin hingga 1,1 juta ton sebagaimana yang ditargetkan pemerintah pada tahun ini dapat terhambat oleh sulitnya memperoleh bahan baku pakan. Pemerintah perlu mengupayakan solusi pakan bagi petani ikan.

Ketua Kelompok Tani Tunas Baru, Timan mengatakan, bahan baku pakan patin sangat sulit diperoleh belakangan ini.

Dia mencontohkan produksi ikan rucak ( ikan campur) sebagai bahan baku pelet yang biasanya diperoleh dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat sangat minim. begitu pula dedak, bahan pakan lainnya. Dirinya harus memesan ke Palembang dan Lampung untuk memperoleh bahan baku tersebut. "Tentu biaya produksinya jadi semakin tinggi, karena kemahalan transportasi," tuturnya, Senin (8/4/2013).

Menurut Timan, harga patin di tingkat petani berkisar Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kilogram. Dengan harga tersebut, petani hanya akan balik modal apabila menggunakan pakan jadi. "Keuntungan berkisar Rp 1.000 per kilogram baru kami peroleh jika mengolah pakan sendiri," tuturnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi Saifudin membenarkan bahan baku pakan ikan menjadi kendala petani belakangan ini. Terkait itu, pihaknya mengupayakan untuk merintis produksi pakan ikan dengan memanfaatkan bahan baku rerumputan di sekitar kolam budidaya serta kotoran ternak.

Saifuddin mencontohkan, eceng gondok, teratai, dan sejumlah jenis rumput bisa diolah menjadi pakan, sebagaimana yang telah dikembangkan di wilayah Jawa Tengah. Begitu pula kotoran ternak sudah dimanfaatkan menjadi pakan ikan di daerah lain. Kami sudah studi banding. "Pengolahan ini tengah dipelajari lebih lanjut, dan bakal diterapkan untuk dimanfaatkan petani," jelasnya.

Produksi patin di Jambi tersebar pada 6.000 kolam, mencapai 24.827 ton pada 2012, atau naik 20,1 persen dibanding 2011 yang mencapai 19.750 ton. Begitu pula produksi patin pada media kerambah, meningkat 10,8 persen menjadi 13.777 ton pada 2012, sebelumnya 12.289 ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com